Kabarindo24jam.com | Jakarta –Peristiwa keracunan demi keracunan makanan yang dialami anak Indonesia dalam program MBG, seperti sudah tidak bisa ditolerir, terakhir harus dialami anak anak di umur sangat belia usia PAUD.
Saya kira pertahanan anak sekecil itu, sangat berbeda dengan orang dewasa. Apalagi kita tahu, kebijakan negara yang mengetahui kondisi dari dalam keluarga (masih sulit di tembus). Padahal kita tahu kondisi anak tidak mudah mendeskripsikan kondisi kesehatannya. Apalagi bila menghadapi keluarga yang kurang perhatian atau kurang peka kondisi anak.
KPAI menyoroti berbagai peristiwa keracunan makanan yang terus meningkat, kejadiannya bukan menurun ya. Satu kasus anak yang mengalami keracunan bagi KPAI sudah cukup banyak. Artinya pemerintah perlu evaluasi menyeluruh program MBG. KPAI usul hentikan sementara, sampai benar benar instrumen panduan dan pengawasan yang sudah di buat BGN benar benar di laksanakan dengan baik.
Mungkin kita tidak terlalu tahu, apa yang terjadi didalam. Tetapi dari jumlah korban, data, dan peristiwa kita tahu ada yang tidak terkontrol. Ibarat mobil, punya target ingin cepat sampai, tetapi pandangan kita ke kaca depan mobil, tidak bisa mengawasi apa yang ada di depan, karena kecepatan yang terlalu tinggi.
Sehingga penting pencapaian penjangkauan program MBG segera ngerem sejenak, lihat lagi kondisi, antisipasi, pengawasan. Kalau program ini ingin ngebut sampai akhir tahun dalam memenuhi target.
KPAI tidak bisa membayangkan, hari ini anak anak paud yang keracunan. Kita diajak membayangkan anak anak kita sendiri, di umur yang masih sangat kecil, mengalami keracunan makanan, gak kebayang kita. Anak anak ini pertahanannya masih sangat lemah, tubuhnya masih perlu di tegakkan dengan dukungan khusus. Dan mereka tidak mudah mendiskripsikan kondisi kesehatan.
Begitu juga tentang kesadaran dan kepekaan masalah kesehatan anak, ini perlu petugas khusus. Sehingga penanganaan keracunan makanan anak anak di umur PAUD, perlu penanganan dan perhatian lebih. Begitu juga bila mengalami situasi darurat, perlu alat alat terstandarisasi baik. Agar dapat di selamatkan, karena pertahanan mereka tidak sekuat kita.
Sebelumnya KPAI, CISDI, WVI melaksanakan Survei Suara Anak Untuk Program Makan Bergizi Gratis yang dilaksanakan di 12 propinsi dengan 1.624 responden anak dan anak disabilitas. Yang berproses sejak 14 April hingga 23 Agustus 2025.
Dari 5 temuan yang terjadi di lapangan. Penting sekali mendengar temuan dari penerima manfat program yaitu anak. Kami ingin mendengar langsung suara anak yang telah sering mengkonsumsi MBG.
Pesan kunci yang kami temukan, pertama pesan responden anak tentang kewaspadaan mereka melihat kualitas makanan MBG. Hal tersebut menjadi pesan kunci anak anak, agar makanan yang di distribusikan tidak bau/basi. Dari 1624 responden anak ada 583 anak menerima makanan MBG sudah rusak, bau dan basi. Bahkan 11 responden menyatakan meski sudah rusak, bau dan basi mereka tetap mengkonsumsinya karena berbagai sebab. Kemudian responden anak meminta adanya penyesuaian MBG.
Beberapa ungkapan anak, saya kira penting diperhatikan petugas MBG, pertama permintaan mereka agar tim pelaksana perlu lebih sering mengajak diskusi atau mendengarkan pendapat dari siswa, supaya kualitas makanan dan programnya sesuai kebutuhan, makanan yang dikasih juga harus dijaga, waktu pemberian, supaya tetap enak dan sehat.
Kedua, ada responden anak yang menulis, Tolong perbaiki kualitas makanan dan tempat makan MBG nya karena terkadang saya merasakan bau tidak sedap dari tempat makan MBG dan saya pernah beberapa kali mendapatkan buah/sayur yang ada ulatnya, terimakasih.
Ketiga, anak meminta Menjaga kualitas makanan tetap fresh/tidak basi saat mau di makan. Karena makanan yang sudah tidak fresh membuat kami malas untuk menyantap nya.
Keempat, Membuat edukasi kepada penyedia MBG, siswa dan wali siswa bahwa memakan makanan bergizi itu sangat penting dan banyak manfaat yang akan didapatkan.
Dari 5 temuan tersebut, bila di simpulkan ada 4 point penting. Pertama, pemahaman MBG yang masih berkutat pada dampak ekonomi, harus ditingkatkan. Karena ternyata unsur higienitas, pilihan asal bahan bahan dasar, proses memasak, penyajian menjadi efek yang lebih penting di fikirkan. Agar siswa, orang tua tidak hanya berkutat pada masalah ekonomi, dengan alasan hemat, mengurangi uang jajan dan lain lain.
Kedua, sebenarnya responden anak, sangat happy adanya budaya makan bersama, namun kalau melihat aspek kualitas makanan dan ketepatan waktu serta penyajian makanan, anak anak sangat menyayangkan.
Ketiga, aspek keamanan pangan, aspek penyajian yang memenuhi kebersihan masih menjadi persoalan serius. Temuan ini sejalan dengan temuan KPAI dan media tentang maraknya keracunan makanan dalam MBG. Baik yang dilaporkan di nasional maupun daerah ke BGN.
Keempat, berharap tidak hanya berkutat hadirnya MBG ke aspek ekonomi, hemat atau adanya alternatif makanan. Tetapi aspek gizi harus diutamakan (sangat penting). Karena edukasi soal gizi menjadi penentu keberhasilan program ini, ditengah berbagai gempuran industri makanan, jajanan dan konsumsi kepada anak. Hendaknya juga edukasi gizi tidak hanya sebatas lewat, hanya seruan, spontan dan hanya memenuhi unsur formalitas. Sehingga tidak menjadi pemahaman jiwa yang dipraktekkan anak anak untuk keseharian, dalam melihat dirinya, lingkungannya, kearifan lokalnya dan apa yang menjadi keresahan dan dampak makanan kepada anak.
Dan terakhir, kelima prinsip-prinsip perlindungan anak harus menjadi pedoman dalam semua aspek pengambilan kebijakan dan program MBG, yaitu prinsip non diskriminasi, prinsip kepentingan terbaik bagi anak, prinsip kelangsungan hidup dan perkembangan anak, serta prinsip penghargaan terhadap pendapat anak. Oleh sebab itu, pemerintah harus memastikan pemenuhan hak anak untuk memperoleh makan bergizi gratis yang aman dan berkualitas dengan mendorong mekanisme standar keamanan pangan dan pemenuhan gizi, pelaporan dan akuntabilitasnya, serta pemulihan atas kerugian yang ditimbulkan dari kasus tidak dinginkan seperti keracunan dan makanan yang tidak layak.
Salam Hormat,
*Jasra Putra*
Wakil Ketua KPAI
CP. 0821 1219 3515
(Ls*/)