Site icon Kabarindo24jam.com

Bupati Arie Hadiri Malam Kebangkitan Adat Bengkulu: Tradisi Bangkit, Balai Semarak Bergemuruh

IMG 20251118 WA0016

Kabarindo24jam.com | Bengkulu — Di bawah cahaya lampu yang memantul pada ornamen emas khas adat Bengkulu, Balai Semarak berubah menjadi arena kebangkitan budaya. Tabuhan Dol menghentak seperti dentuman perang para leluhur, sementara langkah para penari adat membuka jalan bagi sebuah malam yang akan dikenang sebagai perayaan kejayaan tradisi.

Di tengah hiruk-pikuk kemegahan itu, Bupati Bengkulu Utara Arie Septia Adinata, S.E., M.AP., melangkah tegap memasuki Balai Semarak, menghadiri Pagelaran Budaya dan Penganugerahan Gelar Adat dalam rangka HUT ke-57 Provinsi Bengkulu, Senin (17/11/2025). Sorotan lampu memantulkan wibawa kepemimpinannya, seolah menyambut kehadiran seorang penjaga nilai luhur tanah Bengkulu.

Ratusan tamu kehormatan, mulai dari Gubernur Bengkulu Helmi Hasan, Menteri Desa PDTT RI, para bupati dan wali kota, unsur Forkopimda, hingga ketua serta tetua adat, memenuhi ruangan yang bergema oleh ritme tradisi. Malam itu, Balai Semarak hadir bukan sebagai gedung pertemuan, tetapi sebagai singgasana budaya yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Prosesi penyambutan adat tampil memukau. Payung Kuning terangkat anggun, Barong Landong menari dengan energi yang menggetarkan, dan tabuhan Dol menggema seperti seruan leluhur untuk menjaga warisan tanah kelahiran. Setiap detik prosesi dijalankan seturut aturan adat BMA Provinsi, menciptakan suasana yang sakral sekaligus penuh tenaga.

Puncak acara tiba saat Sidang Mufakat Rajo Penghulu menetapkan tokoh-tokoh penerima gelar adat. Ketika gelar dikukuhkan di hadapan seluruh tamu, suasana berubah menjadi dramatis—sebuah momen pengakuan terhadap para pengabdi budaya dan pembangunan daerah.

Di hadapan awak media, Bupati Arie menyampaikan pesan yang menggema kuat malam itu.
“Adat bukan hanya warisan—adat adalah cahaya yang menuntun langkah kita. Kita tidak boleh membiarkan cahaya itu padam,” tegasnya.

Malam itu ditutup dengan rasa kebersamaan yang meluas ke seluruh penjuru Balai Semarak. Tradisi tidak hanya dipertunjukkan—tradisi dibangkitkan, diperkuat, dan ditegaskan sebagai identitas besar masyarakat Bengkulu.
Dan ketika lampu-lampu perlahan meredup, satu hal jelas: malam itu bukan sekadar acara—itu adalah legenda budaya yang lahir kembali. (Wen*/)

Exit mobile version