Site icon Kabarindo24jam.com

Jokowi, PSI, dan Langkah Membangun Panggung Politik ?

Kabarindo24jam.com | Solo – Di balik senyumnya yang kerap terlihat, mantan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tampaknya sedang merajut jalan politik baru. Jokowi mulai membuka sinyal ke publik bahwa kursi Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) bisa jadi target barunya.

Tak ada deklarasi megah. Hanya kalimat santai yang keluar dari mulut Jokowi saat berbincang dengan awak media di kediamannya di Solo. “Ya, saya belum turun ke bawah sih. Dukungan dari DPW, DPC sudah ada, tapi belum cukup,” ujarnya. Kalimat ini sederhana, tapi isyaratnya jelas, Jokowi mulai menakar kekuatan, mulai membaca peta.

PSI bukan partai besar. Di pemilu terakhir, partai ini hanya berhasil mengamankan sebagian kecil kursi legislatif. Tapi ada satu hal yang membuat partai ini istimewa di mata Jokowi yaitu putra bungsunya, Kaesang Pangarep, ada di pucuk kepemimpinan. Jokowi tidak menyebut soal Kaesang secara langsung, tetapi pilihannya untuk mengarah ke PSI ketimbang partai besar seperti PPP tentu bukan tanpa alasan.

“Di PPP banyak calon yang lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi,” kata Jokowi. Satu kalimat yang terdengar seperti pujian, tapi sekaligus penegasan bahwa Jokowi tak tertarik menjadi bagian dari partai lama yang penuh riwayat konflik internal.

Yang kini sedang ia rancang tampaknya lebih dari sekadar menjadi ketua umum. Lewat PSI, Jokowi seolah hendak membangun panggung baru—panggung politik yang tak hanya menyimpan namanya, tapi juga membuka jalan bagi regenerasi politik di lingkar keluarganya. Dengan pemilihan ketua umum PSI yang berbasis voting online, Jokowi pun menekankan pentingnya berhitung dengan cermat. “Harus benar-benar dihitung. Harus berhitung betul,” katanya.

Langkah Jokowi ini ibarat langkah sunyi, tak banyak suara gaduh, tapi jejaknya mulai terbaca. Jokowi tidak lagi sekadar presiden yang pensiun, tapi calon nakhoda sebuah partai muda yang bisa jadi kendaraan politik baru baginya, dan siapa tahu, bagi keluarganya di masa mendatang.

Dengan sedikit lebih terbuka mengenai pilihan politiknya, akankah langkah ini membawa Jokowi pada citra negarawan yang menyiapkan regenerasi politik, atau justru menguatkan stigma lahirnya politik dinasti yang dulu enggan ia sentuh? Waktu yang akan menjawab.

Exit mobile version