Kabarindo24jam.com | Jambi – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meneguhkan Politik Merawat Pertiwi yang digagas Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, yang makin mendesak di tengah bencana ekologis dan banjir yang melanda.
Sikap PDIP itu disampaikan Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto dalam pidatonya pada pembukaan Konferda PDIP Provinsi Jambi, di Gedung Putih, Telanaipura, Minggu (30/11/2025).
Hasto didampingi Ketua DPP PDI Perjuangan Bambang Wuryanto (Bambang Pacul), Ribka Tjiptaning, Bintang Puspayoga, dan
Mercy C.H. Barends.
Pesan utama Hasto, yang merupakan perintah langsung dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, adalah menjadikan bencana hidrometeorologi parah yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat akhir-akhir ini sebagai cermin tragis dari kegagalan kebijakan dan lemahnya supremasi hukum.
“Ibu Ketua Umum senantiasa memberikan instruksi harian kepada seluruh jajaran partai. Konteks bencana besar yang terjadi di Sumatera—dengan korban jiwa mencapai ratusan—membuktikan bahwa politik lingkungan yang selalu ditekankan Ibu Megawati melalui gerakan Merawat Pertiwi adalah suatu kebenaran,” tegas Hasto.
Hasto mengkritik bahwa banyaknya bencana alam terjadi akibat kesalahan manusia, kesalahan kebijakan politik, dan tidak adanya supremasi hukum. Ia menyoroti bagaimana pembalakan hutan, terjadi secara ilegal, terjadi di mana-mana akibat tiadanya penegakkan hukum.
“Pembalakan hutan terjadi di mana-mana dengan pembenaran kemanfaatan perekonomian, food estate, hingga hilirisasi industri. Alam sangat menderita, terjadi ketidakseimbangan ekosistem, diperparah oleh global warming. Akhirnya, kerusakan lingkungan menjadi ancaman bagi eksistensi umat manusia di muka bumi,” ujar Hasto.
Maka, PDI Perjuangan menyerukan serangkaian langkah penyelamatan bumi. Partai Banteng ini menyerukan stop penebangan pohon-pohon, lindungi hutan-hutan dan ekosistem kehidupan; selamatkan mata air sungai.
Bagi PDIP, harus dikedepankan moratorium penebangan hutan serta penegakan hukum yang tegas agar tidak boleh lagi ada backing aparat yang melindungi praktik ilegal.
Hasto menegaskan bahwa Merawat Pertiwi bukanlah sekadar slogan musiman, melainkan telah menjadi kultur partai sejak zaman Bung Karno (BK) dan kepemimpinan Megawati.
“Gerakan merawat bumi ini adalah manifestasi rasa cinta tanah air. Dengan merawat bumi, kita menjalankan nilai-nilai kemanusiaan dan filosofi Tat Twam Asi (Aku adalah Engkau, Engkau adalah Aku),” jelasnya.
Tat Twam Asi menekankan keterikatan manusia dengan alam dan sesama.
Dalam menghadapi musibah seperti banjir di Sumatera, Megawati telah menginstruksikan bahwa Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI Perjuangan harus berdiri di depan. Baguna harus bergerak cepat, tepat sasaran, dan bergotong royong membantu rakyat yang menjadi korban.
Ia memberikan contoh nyata dari gerakan kader di Sumatera Utara (Sumut) yang langsung turun ke lapangan. “Ambil contoh di Sumut: Rapidin Simbolon, Sofyan Tan, dan kader lain langsung turun ke bawah, memastikan bantuan dan pertolongan sampai kepada korban,” sebutnya,
Ditegaskan Hasto, gerakan grassroots PDIP berfungsi saat bencana datang.
Dalam konteks Jambi, Hasto memberikan pesan khusus untuk menjaga sungai kebanggaan provinsi, Sungai Batanghari, yang telah mengukir sejarah peradaban masyarakat Jambi, Nusantara, dan dunia.
Pesan Hasto disampaikan dalam bentuk pantun.
“Jambi sungguh memesona,
Melayu kaya khasanah budaya,
Bahasanya memersatukan Indonesia,
Pantun-pantunnya ungkapkan falsafah bangsa.
Sungai Batanghari Jalan Peradaban,
Mengukir sejarah penuh kejayaan,
PDI Perjuangan hadapi berbagai tantangan,
Galang rakyat sumber kekuatan.
Sungai Batanghari kini menderita,
Sampah dan limbah cermin salah kelola,
Jadikan sungai halaman depan kita,
Rawatlah bumi dengan segenap jiwa raga.”
Ketua DPD PDIP Jambi, Edi Purwanto, menegaskan kesiapan jajarannya menjalankan komando partai, termasuk seruan Merawat Pertiwi.
“Kami di DPD PDIP Jambi berkomitmen penuh pada garis perjuangan partai dan disiplin organisasi,” tegas Edi.
(Ls/*)

