Kabarindo24jam.com | Cibinong — Di sudut sebuah garasi kecil di Kabupaten Bogor, suara samsak dan langkah kaki para petinju muda tak pernah berhenti. Dari ruang sederhana itulah kelak lahir Sasana Tinju Prayoga 99, yang memulai kiprah sejak 1999, menempa puluhan atlet yang kemudian mengharumkan nama daerah. Namun di balik deretan prestasi, ada ironi besar: minimnya perhatian dari pemerintah kabupaten dan lembaga olahraga yang seharusnya menjadi sandaran.
“Semua ini berdiri karena cinta kami pada tinju, bukan karena dukungan siapa pun,” ujar Welly Sabu, pendiri sekaligus pelatih utama sasana, saat ditemui usai sesi latihan. Welly sendiri bukan nama baru—ia adalah peraih medali perunggu Porda Jabar 1992 yang memilih menyerahkan hidupnya untuk pembinaan tinju Bogor.
Berdiri dari Garasi, Melahirkan Atlet Berprestasi
Prayoga 99 lahir dari semangat pribadi Welly Sabu untuk menghidupkan olahraga tinju di kabupaten Bogor. Dengan peralatan seadanya, ia mengubah garasi rumah menjadi sasana, tekadnya sederhana: menjadikan tinju sebagai jalan prestasi bagi generasi muda.
Kini, 10 atlet aktif dibina di sasana ini—6 pelajar dan 4 senior—dengan dukungan jajaran pelatih yang juga bekerja hampir tanpa fasilitas: Led Sabu, Jon Romroman, Gusti Romroman, Espinus Sabu, dan Hernandez Bastian.
Dari tempat kecil itu, lahir lima petinju profesional besar: Leed Sabu, Hengki Tobias, Denny Ririmase, Waldo Sabu, hingga Walmer Sabu, yang meraih emas kelas 60 kg di PON Aceh.
Prestasi Deras: Emas di Pra Popnas, Popnas, hingga Kejurnas
Dalam dua tahun terakhir, atlet-atlet Prayoga 99 tampil garang di berbagai arena nasional. Mereka membawa nama Jawa Barat di ajang Pra Popnas Solo (November 2024) dengan torehan dua medali emas. Prestasi serupa kembali diukir pada Popnas Jakarta, November 2025.
Teranyar, pada Kejurnas Piala Wali Kota Tangerang (24–29 November 2025), mereka kembali menyapu dua emas lewat Geraldi Millagros Sabu (51 kg) dan Geraldo Millagros Sabu (48 kg).
“Anak-anak bekerja keras. Mereka layak dapat fasilitas, bukan hanya tepuk tangan,” kata Welly dengan nada menahan kecewa.
Menuju BK Porprov 2026: Latihan Ketat di Tengah Keterbatasan
Hanya tiga bulan tersisa menuju Babak Kualifikasi Porprov Jabar 2026. Di sasana, persiapan sudah mencapai 70 persen, meski peralatan jauh dari kata memadai.
Deretan atlet yang diproyeksikan tampil adalah:
- Ricardo Sabu (67 kg)
- Rivaldi Sabu (54 kg)
- Geraldo Sabu (46 kg)
- Rusdianto Suku (75 kg)
- Riska Menehen (60 kg, putri)
Pertina menargetkan 8 medali emas, namun strategi pencapaian target besar itu justru digantungkan pada upaya pribadi Welly dan tim pelatih.
Di tengah pencapaian besar, Welly menegaskan ada hal yang lebih mengkhawatirkan daripada lawan di ring: ketiadaan perhatian pemerintah.
“Kami bukan minta dimanjakan. Tapi kalau atlet sudah mengharumkan nama daerah, masa harus terus berlatih dengan alat yang sudah berkarat?” ujarnya.
Menurut Welly, dorongan moral dan fasilitas seharusnya datang dari Pemkab Bogor dan organisasi olahraga yang memayungi cabang tinju. Namun kenyataannya, sasana justru bertahan berkat solidaritas internal dan kecintaan pelatih terhadap dunia tinju.
Meski demikian, langkah mereka tak pernah surut. Welly selalu menanamkan satu pesan kepada seluruh atletnya:
“Fokuslah pada latihan. Prestasi kalian harus tetap hidup meski perhatian sering membuat kita cemas.”
Di tengah keterbatasan, Sasana Prayoga 99 justru menjadi contoh bagaimana tekad bisa melewati apa pun, bahkan ketika dukungan yang seharusnya hadir justru tak terlihat. (Man*/)

