Kabarindo24jam, Jakarta – Fenomena bergugurannya gerai ritel di Indonesia kembali mencuri perhatian. Tak tanggung-tanggung, lebih dari 500 gerai Alfamart resmi ditutup oleh PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) — bukan karena merugi, melainkan alasan yang lebih mengejutkan!
Dalam konferensi pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Presiden Direktur AMRT, Anggara Hans Prawira, mengungkapkan bahwa lonjakan biaya operasional jadi biang kerok utama penutupan masif ini. Meski penjualan Alfamart justru naik signifikan 10,54 persen dari Rp106,94 triliun pada 2023 menjadi Rp118,22 triliun di 2024, kondisi di lapangan tak semudah angka di atas kertas.
“Setelah lima tahun disewa, kadang-kadang pemilik lahan mematok harga sewa yang sangat tinggi. Karena itu, kami putuskan untuk tidak memperpanjang di situ, dan memilih alternatif tempat lain,” jelas Anggara.
Mayoritas gerai yang ditutup berada di wilayah Jabodetabek — kawasan dengan UMP tertinggi dan harga sewa properti yang terus melambung. Selain itu, tren belanja online yang semakin mendominasi serta pelemahan daya beli masyarakat turut menambah tekanan pada sektor ritel.
Fenomena ini menjadi alarm keras bagi industri ritel bahwa walaupun penjualan naik belum tentu berarti cuan!