Kabarindo24jam.com | Doha – Ketegangan di Jalur Gaza kembali menjadi sorotan dunia. Kelompok perlawanan Palestina, Hamas dan Jihad Islam, pada Minggu (14/7/2025), menegaskan bahwa setiap perundingan gencatan senjata dengan Israel harus berujung pada penghentian total perang, penarikan penuh pasukan Israel, serta pembukaan kembali perlintasan dan rekonstruksi wilayah Gaza.
Pernyataan ini dirilis pasca pertemuan delegasi kedua kelompok di lokasi yang tidak disebutkan, sebagai respons atas putaran terbaru perundingan tak langsung yang tengah berlangsung di Doha, Qatar, dengan mediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
“Setiap hasil dari perundingan harus mengarah pada diakhirinya perang, penarikan penuh pasukan pendudukan Israel, dibukanya kembali perbatasan Gaza, dan dimulainya proses rekonstruksi wilayah yang hancur akibat genosida, kelaparan, dan pembantaian harian oleh Israel.”
Mereka juga menyebut telah membahas tanggapan Israel terhadap sejumlah usulan mediasi, dan menyiapkan strategi potensial untuk menghadapi segala kemungkinan dalam negosiasi lanjutan.
Langkah ini dikritik oleh faksi-faksi Palestina karena dianggap sebagai upaya pendudukan permanen yang menghalangi kemerdekaan dan hak hidup rakyat Gaza.
Hamas sempat menyatakan kesiapan untuk membebaskan 10 tawanan Israel yang masih hidup sebagai bentuk “kompromi” untuk mempercepat tercapainya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan.
Namun, tawaran ini belum cukup untuk mengubah posisi keras Israel.
Sejak konflik memuncak, kondisi Gaza terus memburuk. Ribuan warga sipil kehilangan nyawa, infrastruktur hancur, dan akses bantuan kemanusiaan dibatasi. Kelaparan, pemadaman listrik, dan krisis medis menjadi bagian dari kehidupan harian warga Gaza yang kini menanti solusi politik jangka panjang.
Meski negosiasi terus berjalan, banyak pihak melihat jalan menuju perdamaian masih terjal dan penuh ketegangan. Tanpa kompromi dari kedua belah pihak, konflik berpotensi terus berlangsung dengan dampak paling besar tetap dirasakan oleh rakyat sipil.