Kabarindo24jam.com | Jakarta – Wali Kota Bogor Dedie A Rachim rupanya mendengarkan harapan atau asa warga Bogor Selatan yang ingin memiliki akses jalan baru. Karena itu, Dedie Rachim memastikan proyek Bogor Inner Ring Road (BIRR) akan menjadi program prioritas, dengan target dimulai pada 2027 dan rampung pada 2030.
Ia pun menegaskan, pembangunan jalan sepanjang total 11,4 kilometer ini akan dibuka meski dilakukan secara bertahap. Saat ini lahan yang sudah terkumpul sekitar 7 kilometer, hasil komunikasi intensif dengan sejumlah pengembang sejak lima tahun terakhir.
“Kalau proses dan tahapannya konsisten, mulai dari pembebasan lahan, pematangan, sampai pembangunan, insya Allah jalan ini bisa segera diwujudkan,” kata Dedie usai melakukan peninjauan ke lokasi trase BIRR dari kawasan Bogor Nirwana Residence (BNR) hingga Mulyaharja, Selasa (26/8/2025).
Dalam peninjauan kali ini, Wali Kota Dedie terlihat didampingi didampingi Sekretaris Daerah Denny Mulyadi, para asisten Setda, kepala dinas terkait, camat, lurah, serta perwakilan pengembang atau developer perumahan seperti Bakri Land (BNR) dan PT IAP.
Segmen pertama yang akan dibangun adalah Pamoyanan–Mulyaharja sepanjang 2,6 km, disusul segmen Wangun–Detour (1,7 km), dan Detour–Pamoyanan (2,8 km). Adapun estimasi biaya konstruksi dipatok sekitar Rp30 juta per meter dengan total anggaran mencapai Rp1,1 triliun.
Pembangunan BIRR juga mencakup jembatan bentang panjang sekitar 200 meter di atas Sungai Cisadane dan jalur ganda kereta api Bogor–Sukabumi. Namun untuk pembangunan jembatan, Pemkot menunggu rekomendasi teknis dari Kementerian PUPR dan izin dari BBWSCC.
Menurutnya, BIRR tidak hanya menjadi solusi mengurai kemacetan, tetapi juga membuka akses ekonomi baru yang selama ini terbatas di Bogor Selatan. Wali Kota Dedie menekankan, infrastruktur ini akan berkontribusi langsung pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) wilayah tersebut.
“Dengan adanya jalur baru, masyarakat bisa lebih mudah berusaha. Perekonomian tumbuh, investasi masuk, hotel, restoran, kafe, hiburan, dan usaha lainnya berkembang. Itu juga akan menambah PAD Kota Bogor,” jelas Dedie yang concern dalam membangun wilayah perbatasan.
Ia menegaskan, para pengembang memiliki kewajiban sesuai MoU dan PKS yang harus diselesaikan agar proyek bisa berjalan. “Kita dorong komitmen pengembang untuk segera menyelesaikan kewajiban masing-masing,” tegasnya.
Dedie mengenang kembali, rencana pembangunan BIRR sebenarnya sudah ada sejak lama. Terakhir kali dibahas pada 2010, namun tak kunjung terealisasi. “Sejak saya menjabat 2019–2020, kita berhasil kumpulkan 7 kilometer lahan. Kalau tidak diusahakan, beli tanah sepanjang itu sekarang mungkin butuh triliunan rupiah,” ungkapnya.
Ia menambahkan, segmen yang paling memungkinkan diwujudkan lebih cepat adalah seksi dua, yakni dari BNR hingga Green Forest–Pamoyanan. Dengan dukungan anggaran pusat dan daerah, Dedie optimistis BIRR bisa menjadi jalur penghubung utama sekaligus membuka peluang investasi baru di Bogor Selatan. (Man/*)