Kabarindo24jam.com | Jakarta -Kegaduhan publik akibat munculnya kabar temuan sumber air minum dalam kemasan berasal dari tanah, bukan mata air gunung, membuat Komisi VII DPR harus meminta penjelasan dari sejumlah para produsen air minum terkemuka di tanah air serta pihak Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang menjadi pengawas sekaligus pengendali industri air minum dalam kemasan.
Mereka yang dipanggil ke gedung DPR pada Senin (10/11/2025) adalah produsen merk RON 88, produsen merk AQUA, produsen merk Amidis, produsen merk Le Minerale, produsen merk Al Ma’soem, produsen merk Cleo, produsen merk Yasmin, produsen merk Pristine, serta Direktorat Jenderal Industri Agro Kemenperin.
Ketua Komisi VII DPR Saleh Daulay meminta kepada para perusahaan untuk jujur mengenai sumber air yang diambil. Sebab, jika ternyata diambil dari air tanah, maka sumber air yang diminum masyarakat selama ini sama saja seperti air dari rumahnya.
“Perusahaan-perusahaan ini harus jujur, memberitahu pada kami yang kalian lakukan itu apa sebetulnya? Kalau sama saja air kalian dengan air di rumah saya, saya juga pakai air tanah soalnya, ngapain kalian bisa klaim-klain yang wa berlebihan gitu? Sehingga membuat hiruk pikuk yang menurut saya itu tidak produktif. Maka nanti kami ingin dengar itu,” sambungnya.
Selanjutnya, Saleh juga mempertanyakan produsen air minum yang saling mengklaim produknya masing-masing lebih bagus. Dia pun mendesak mereka untuk berkata jujur, apakah ada kebohongan dari iklan yang ditayangkan selama ini.
Apa bedanya sih masing-masing perusahaan ini saling klaim itu? Katanya ini lebih bagus, ini lebih jelek, ini lebih ini, ini mineralnya begini. Sehingga persaingan dagangnya ketat. Kami juga ingin ada pengakuan ini ada kebohongan enggak dalam iklan-iklan?” tukas Saleh.
Dia menyebut, ada produsen air minum yang mengiklankan produknya diambil dari gunung, tapi ternyata air tanah. “Contoh ya, mohon maaf, karena kenapa, air mineral Aqua yang jadi contoh karena memang itu yang sempat di awal menjadi pemicu ini,” kata Saleh.
“Katanya kan dari gunung, tapi faktanya dari sumber yang disedot pakai air tanah. Ini kan beda. Anda tahu enggak, kalau ada informasi yang seperti itu yang diiklankan beda dengan yang dijual, itu ada konsekuensi hukumnya?” katanya.
Sementara itu, Saleh juga ingin melihat sejauh mana radius jangkauan perusahaan-perusahaan dari produsen air minum. Saleh mengatakan, harga air kini lebih mahal daripada harga bensin.
“Karena sekarang di Indonesia lebih mahal harga air daripada harga bensin. Harga air itu lebih mahal dari harga bensin. Karena itu kita juga ingin mendengar radius usahanya seperti apa yang dilakukan,” imbuh Saleh.
Sebelumnya diketahui, tayangan konten video Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menyidak lokasi pengolahan air mineral AQUA, viral di media sosial Instagram. Video tersebut awalnya diunggah di kanal YouTube pribadi Kang Dedi Mulyadi pada Selasa (21/10/2025).
Dalam video berdurasi 26 menit 51 detik itu, Dedi menanyakan dari mana sumber air yang digunakan. Apakah berasal dari sungai atau dari mata air. Namun, jawaban karyawan tampaknya mengagetkannya. “Airnya dari bawah tanah, Pak,” jawab karyawan tersebut.
Dedi mengira selama ini sumber air yang digunakan perusahaan tersebut berasal dari air permukaan atau mata air. Dia khawatir, jika air yang digunakan berasal dari bawah tanah, proses pengeborannya dapat berdampak ke lingkungan sekitar, seperti pergeseran tanah hingga longsor.
Sementara itu, produsen AQUA, Danone meluruskan disinformasi yang beredar di media sosial soal sumber air Aqua. 3 sumber aird AQUA berasal dari sumur bor biasa. Sumber air AQUA berasal dari akuifer tertekan di kedalaman 60-140 meter.
Air di akuifer tertekan adalah air yang memiliki lapisan pelindung alami berupa bebatuan yang tidak bisa dilewati air. Dengan begitu, air yang diambil bebas dari kontaminasi aktivitas manusia dan aman. (Cky/*)

