Sabtu, 10 Mei 2025

Rivalitas Kyai Said – Gus Yahya Menguat, Marwah NU dan Ulama Harus Tetap Dijaga

JAKARTA – Persaingan untuk mencapai posisi puncak di Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) pada Muktamar NU ke-34 di Lampung pada Desember 2021 nanti terus menghangat. Bahkan situasi terasa semakin panas setelah Ketua Umum (Ketum) saat ini, KH.Said Aqil Siradj, lantang bersuara siap dipilih kembali untuk periode ketiga.

Tanpa mengabaikan nama-nama lain, saat ini memang hanya ada dua bakal calon Ketum yang disebut-sebut sebagai kandidat terkuat karena memiliki dukungan paling banyak, yakni Said Aqil Siradj dan KH Yahya Cholil Staquf yang saat ini menjabat Rais Aam PBNU.

Dinamisasi pun terjadi dengan berbagai pernyataan maupun sikap dari banyak tokoh NU di media massa, sosial media maupun dalam kegiatan di lingkungan NU. Para pendukung calon Ketum saling melempar isu opini dari soal latarbelakang organisasi hingga profil rekam jejak pemikiran dan jaringan calon Ketum, khususnya Said Aqil dan Yahya Staquf.

Menyikapi hal itu, Koordinator Jaringan Muslim Madani (JMM), Syukron Jamal menilai dinamika dan kontestasi jelang Muktamar masih dalam batas wajar. Pasalnya NU merupakan ormas Islam terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia, serta dikenal terbuka dan demokratis.

“NU adalah ormas terbesar dan paling berpengaruh di Indonesia. NU juga merupakan wadah organisasi yang sangat terbuka dan demokratis. Semua pihak punya kepentingan bukan hanya warga Nahdliyyin saja” ujar Syukron dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (9/10/2021).

“Sikap moderat NU sebagai representasi Islam Wasathiyah yang rahmatan lil alamin punya peran penting mengawal kehidupan bangsa dan negara yang majemuk, dalam kancah global peran NU juga sangat dibutuhkan untuk mewujudkan sistem dan tatanan peradaban dan perdamaian dunia,” tambahnya.

Namun begitu, lanjut Syukron, dinamika dan konstelasi jelang Muktamar harus tetap menjaga dan mengedepankan marwah NU dan para kyai atau ulama didalamnya. Konstelasi yang kian hangat diharapkan lebih mengedepankan pada pertarungan ide dan gagasan, visi misi membawa NU semakin berperan baik di nasional maupun global sekaligus pada sisi lain menjawab berbagai tantangan keumatan.

“NU bagaimanapun bukan organisasi atau partai politik melainkan organisasi keumatan. Siapapun yang berkontestasi tentu adalah merupakan figur-figur yang terbaik dan mumpuni serta patut dihormati sehingga harus dihindari upaya saling menjatuhkan secara personal,” tegasnya.

Baca Juga :  Gus Yahya Tak Ingin Lagi Ada Luka Politik Akibat Calon Presiden

“NU harus hadir di semua lapisan umat menjawab tantangan ini salah satunya, kembali memperkuat dan menjaga basis akar rumput sebagai kekuatan utama NU selama ini,” tambah alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Ia pun berharap Muktamar NU dapat melahirkan kebijakan dan produk hukum organisasi serta kepemimpinan yang terus membawa NU maju, berkembang dan modern, berperan dalam kerja-kerja keumatan melalui berbagai program pemberdayaan umat, penguatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, pengembangan sains teknologi.dan tentu saja tetap menjadi garda terdepan membumikan islam rahmatan lil alamin yang moderat dan toleran.

Di lain pihak, Ketua Ikatan Gus-gus Indonesia (IGGI), Ahmad Fahrur Rozi menyebutkan, Kiai Said Aqil sukses memimpin NU selama dua periode. Namun ia menolak Said Aqil maju lagi untuk periode ketiga karena ada kejenuhan.

Untuk itu, PBNU harus dipimpin orang baru. “Jadi gus-gus muda ini mengatakan Pak Said sudah bagus sukses 2 periode. Tapi kami ingin yang baru lagi supaya tidak jenuh,” jelas Gus Fahrur.

“Kami berharap kan ada kader baru. Kan bayak stok itu, ada Gus Yahya, Kiai Mutawakil, ada banyak nama kalau disebut,” imbuh pria yang juga menjabat Wakil Ketua PWNU Jatim itu.

Said Aqil sebelumnya menegaskan, pencalonannya hingga 3 periode tidak melanggar AD ART. Sebab, tidak ada batasan. Dia kemudian mencontohkan Gus Dur yang pernah menjabat Ketum PBNU hingga 3 periode.

Menanggapi hal itu, Fahrur menyebut era Gus Dur saat itu sebelum ada reformasi. “Ya itu kan sebelum era reformasi. Sekarang kan sudah reformasi. Pak Harto juga 6 periode,” kata Fahrur.

Fahrur kemudian memberikan contoh KH Hasyim Muzadi, yang menolak maju untuk periode ketiga, meskipun berpeluang besar menang lagi. Untuk itu, Fahrur berharap kepada Kiai Said agar menyadari dan legowo tidak maju lagi. Sebab dengan begitu, regenerasi kader juga akan berjalan.

Menurut Fahrur, dukungan kepada Gus Yahya bukan hanya dari IGGI saja. Ia mengklaim sudah ada 28 wilayah yang menyatakan dukungan kepada kakak Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas tersebut.

“Kalau wilayah-wilayah yang saya tahu karena saya ikut pertemuan itu sudah ada 28 wilayah. Hampir semua wilayah sudah menyatakan dukungan kepada Gus Yahya,” tutup Fahrur. (***/Cok)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini