Jumat, 9 Mei 2025

Barak untuk anak nakal dari KDM

Kabarindo24jam | Jakarta – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi membuat langkah kontroversial. Mulai Jumat, 2 Mei, siswa-siswa bermasalah di Jawa Barat akan dikirim ke barak-barak milik TNI dan Polri untuk mengikuti program pendisiplinan. Bukan untuk pelatihan militer, katanya, tapi untuk memulihkan akhlak dan pola hidup yang sudah “terlalu jauh” dari jalurnya.

Dedi menyebut program ini lahir dari keprihatinan. Banyak anak yang kini tak lagi bisa dikendalikan oleh orang tua, bahkan oleh sekolah. Ia menyebut, banyak wali murid datang ke pemerintah dengan satu keluhan: “Kami sudah tidak sanggup mendidik anak kami di rumah.”

Surat edaran gubernur sudah disiapkan. Kepala sekolah sudah dikumpulkan. TNI dan Polri, klaimnya, siap mendukung. Bahkan, menurut Dedi, mayoritas masyarakat Jawa Barat menyambut baik langkah ini.
Dedi tak sekadar bicara perilaku siswa yang membangkang. Ia menyebut ini sebagai krisis sosial. Ada siswa SMP di Purwakarta yang membunuh kakeknya karena terganggu saat main gim Mobile Legends. Banyak siswa, katanya, tidur pagi, bangun siang, bolos sekolah, melawan orang tua, hingga terlibat tawuran dan penyalahgunaan alkohol serta obat-obatan.

“Anak-anak ini bukan dibawa untuk dilatih perang,” kata Dedi. “Mereka akan diajari hidup sehat dan teratur: tidak merokok, tidak minum ciu, tidak makan eximer”

Program ini memang terdengar keras. Tapi Dedi menyebutnya sebagai “paradigma baru.” Anak-anak itu akan dibina melalui disiplin gaya militer, bukan dengan ceramah atau hukuman. Makan tepat waktu, bangun pagi, olahraga, dan kerja tim.

Baca Juga :  Peta Jalan Pendidikan Menumbuhkan Nilai Budaya Indonesia dan Pancasila

Ia menyadari program ini bisa mengundang kontroversi. Tapi, kata Dedi, cara-cara lama sudah tak mempan. “Kalau hanya dimarahi guru, mereka melawan. Kalau hanya dibimbing orang tua, mereka kabur. Maka kita harus punya pendekatan yang lebih konkret.”
Bukan semua siswa nakal yang akan dikirim ke barak.Hanya mereka yang dianggap sudah terlalu sulit ditangani: sering tawuran, kecanduan game, pecandu rokok atau alkohol, bahkan yang berani mengancam orang tua. Dedi menyebut ini sebagai “penyaringan ekstrem”—tapi perlu.

“Yang dari rumah bilang mau sekolah, tapi malah nongkrong di jalan. Yang tiap malam main game sampai pagi. Yang ke sekolah bikin rusuh. Kita semua dulu mungkin pernah nakal, tapi ini beda. Ini sudah keterlaluan,” ucapnya sambil tertawa kecil.

Respons Masyarakat dan Pertanyaan Besar

Respon masyarakat sejauh ini, klaim Dedi, mendukung. “Coba lihat komentar netizen. Yang paling mendukung kebijakan ini adalah rakyat Jabar,” tegasnya.

Namun pertanyaannya: apakah barak benar-benar solusi? Apakah disiplin ala militer bisa menyelesaikan masalah sosial dan psikologis anak-anak muda hari ini? Bagaimana dampaknya secara jangka panjang?

Psikolog anak dan pakar pendidikan menyarankan pendekatan yang lebih menyeluruh. Disiplin penting, tapi tanpa pendampingan psikologis dan pemulihan lingkungan keluarga, trauma bisa jadi risiko berikutnya.

Untuk sekarang, barak-barak itu akan jadi rumah sementara bagi anak-anak yang dianggap “tersesat.” Apakah mereka akan pulang sebagai pribadi yang berubah? Atau justru membawa masalah baru?

Waktu yang akan membuktikannya

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini