Kabarindo24jam.com | JAKARTA — Pernyataan tegas kembali digaungkan dari barisan mahasiswa. Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Rakyat Bangkit, Herianto,yang membantah keras klaim atau kesan bahwa sosok Marcella Santoso memiliki andil dalam gerakan “Indonesia Gelap” dan penolakan terhadap RUU TNI.
“Marcella Santoso bukan siapa-siapa dalam gerakan ini. Dia bukan bagian dari kami, bukan representasi kami, apalagi inisiator. Gerakan mahasiswa lahir dari keresahan nyata rakyat, bukan pesanan elite atau influencer politik,” tegas Herianto, Kamis (19/6/2025).
Pernyataan ini sekaligus meluruskan kabar simpang siur pasca permintaan maaf Marcella Santoso dalam video berdurasi 4 menit 41 detik yang dirilis Kejaksaan Agung. Dalam video itu, Marcella mengakui menyebarkan isu negatif terkait Jaksa Agung ST Burhanuddin dan sejumlah pejabat Kejaksaan serta menyebut turut mengarahkan isu aksi Indonesia Gelap dan penolakan terhadap RUU TNI.
Namun, keesokan harinya Marcella justru berkelit. Ia membantah pernah membuat atau menyebarkan narasi soal RUU TNI maupun Indonesia Gelap. Ketika ditanya alasan perubahan pengakuan itu, Marcella memilih bungkam. Apakah video itu dibuat atas tekanan, atau hanya akal-akalan hukum? Tak ada kejelasan.
Menanggapi drama pengakuan–klarifikasi tersebut, Herianto menegaskan bahwa gerakan mahasiswa bukan panggung sandiwara. “Kami tidak digerakkan oleh buzzer, tidak diisi narasi settingan. Ini aksi yang jujur, lahir dari hati nurani. Jangan coba-coba mendompleng nama kami untuk agenda personal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Herianto juga menyatakan tuduhan bahwa aksi-aksi mahasiswa adalah hasil pengarahan dari pihak luar seperti Marcella tidak memiliki dasar yang sah. “Tidak ada bukti valid soal keterlibatan buzzer bayaran atau jaringan digital Marcella dalam aksi kami. Tuduhan-tuduhan itu hanya pengalihan isu,” katanya.
Pernyataan ini memperjelas posisi BEM SI di tengah kancah politik dan penggiringan opini yang belakangan semakin liar. “Kami tidak bisa dibeli, tidak bisa diarahkan, apalagi ditunggangi. BEM SI bukan alat kekuasaan, bukan pion untuk agenda siapa pun,” tutup Herianto.
Gerakan mahasiswa, sekali lagi, menegaskan jati dirinya: lahir dari keresahan, digerakkan oleh idealisme, bukan disusupi pengakuan sepihak dari sosok yang bahkan tak pernah menjadi bagian dari gerakan.