Home / Nusantara / Peristiwa

Sabtu, 21 Juni 2025 - 14:48 WIB

Bencana Cigintung, Ratusan Jiwa di Evakuasi

Kabarindo24jam.com | Purwakarta – Tak ada gempa, tak ada suara menggelegar atau letusan. Namun tanah di Kampung Cigintung, Purwakarta, Jawa Barat perlahan bergerak, memaksa 256 jiwa meninggalkan rumah mereka. Bukan karena bencana besar seketika, melainkan oleh proses geologi yang senyap dan berlangsung bertahun-tahun oleh pelunakan struktur tanah akibat air yang tertahan di bawah permukaan.

Tanah di Kampung Cigintung, Purwakarta, bukan lagi alas yang bisa diandalkan. Warga di sana dipaksa mengungsi, bukan karena bencana besar dalam arti lazim, melainkan karena dinamika geologi yang perlahan tapi pasti memutus keterikatan antara manusia dan tempat tinggalnya.

Menurut Badan Geologi Kementerian ESDM, tanah di wilayah ini mulai bergerak karena interaksi antara air tanah dan lapisan batuan di bawah permukaan. Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid menjelaskan, pelapukan dimulai ketika air meresap dan mengendap di antara lapisan vulkanik tua dan batuan serpih, menyebabkan tanah melunak dan kehilangan kekuatannya.

Proses ini, yang dipicu oleh hujan berkepanjangan, menjadikan lereng yang dulu stabil kini berubah jadi ancaman. Ketika kandungan air tanah meningkat, tekanan pori naik, dan tanah menjadi licin—menyulut gerakan tanah tipe rotational slide yang disebut nendatan oleh para geolog.

Baca Juga :  Dipimpin Keponakan Mantan Kapolri, KBPP Polri Harus Modern, Kuat dan Berwibawa

Ini bukan kejadian pertama. Warga mencatat pergerakan serupa pernah terjadi pada 2007 dan kembali aktif sejak April 2025. Pada Mei hingga pertengahan Juni, gejala seperti retakan, amblesan, dan jalan desa yang terputus menjadi penanda bahwa tanah benar-benar sedang berubah arah.

Data dari BPBD mencatat 69 rumah dan satu rumah ibadah rusak. Meski tak ada korban jiwa, evakuasi massal tak bisa dihindari. Kini, seluruh warga Cigintung hidup di pengungsian sementara, dengan bayang-bayang tanah yang sewaktu-waktu bisa kembali bergeser.

Peringatan Wafid jelas: selama air tanah tak dikendalikan dan struktur geologi tak diperkuat, gerakan ini bisa terus berulang. “Kegiatan bertani masih bisa dilakukan, tapi dengan syarat pengawasan kontur tanah harus ketat dan berkala,” tegasnya.

Baca Juga :  Lima Bupati dan Wakil Bupati Terpilih di Wilayah NTT Dilantik Gubernur Victor

Sebelumnya di beritakan bahwa sebanyak 83 keluarga yang terdampak bencana pergerakan tanah di Kabupaten Purwakarta, Jabar masing-masing mendapatkan bantuan uang tunai Rp10 juta sambil menunggu pembangunan rumah pengganti yang dibangun oleh pemerintah daerah.

“Pemerintah daerah akan menyiapkan rumah pengganti bagi warga yang terdampak bencana pergerakan tanah di Desa Pasirmunjul Kecamatan Sukatani,” kata Bupati Purwakarta Saepul Bahri Binzein di Purwakarta, Rabu.
Selama beberapa hari terakhir, ratusan warga terdampak bencana pergerakan tanah mengungsi di GOR Desa Pasirmunjul dengan fasilitas seadanya.

Selanjutnya, dengan bantuan Rp10 juta per keluarga, uang itu bisa digunakan untuk mengontrak dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sambil menunggu pembangunan rumah pengganti rampung.

Cigintung mungkin hanya satu kampung kecil, tapi kisahnya mencerminkan persoalan yang lebih besar tentang bagaimana kita hidup di atas tanah yang secara perlahan, namun pasti, berubah bentuk dan tak lagi bisa menjanjikan kenyamanan dan keamanan untuk di tinggali (Man*/)

 

Share :

Baca Juga

Hankam

Densus 88 Bergerak Dalami Ancaman Bom Beruntun ke Saudia Airlines

Ekonomi

Laba Anjlok Drastis,PT Gudang Garam Bangkrut?

Nusantara

Api Protes Membara, Pemuda Bengkulu Teriak: Tangkap Elite!

Nusantara

Loket Obat Kosong, Pasien Terbengkalai,Petugas Malah Ngopi

Nusantara

Bupati Bengkulu Utara Pimpin Aksi Jumat Bersih

Nusantara

24 Daerah Gelar Pemungutan Suara Ulang Agustus 2025

Nusantara

Bupati Sambut Jemaah Haji Bengkulu Utara

Nusantara

Divisi Humas Polri Diganjar Penghargaan Wilayah Bebas Korupsi