Kabarindo24jam.com | Jember – Karnaval tahunan Jember Fashion Carnaval (JFC) 2025 kembali memukau ribuan penonton dengan menghadirkan kolaborasi unik antara masyarakat adat Nusantara dan pelaku karnaval kontemporer. Di hari kedua penyelenggaraan, Sabtu (9/8/2025), Alun-Alun Jember Nusantara menjadi panggung bagi tema Wonderful Archipelago Indonesia (WACI).
Sebanyak sembilan perwakilan masyarakat adat tampil, antara lain dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Cirebon, Mandalika Lombok Tengah, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur Mataraman, Sulawesi Tenggara, dan Kabupaten Wonosobo. Kehadiran mereka menjadi momen bersejarah karena untuk pertama kalinya budaya adat tampil resmi dalam rangkaian JFC.
Acara ini juga dihadiri tamu kehormatan dari kalangan raja Nusantara, mulai dari Aceh, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Bali, Sumbawa, Lombok, Nusa Tenggara Timur, hingga Madura. Turut hadir pula Utusan Khusus Presiden Bidang Pariwisata Zita Anjani, Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Cheryl Tanzil, serta Bupati Jember Muhammad Fawait beserta istri.
Ketua Umum Asosiasi Karnaval Indonesia (AKARI), David K. Susilo, menegaskan bahwa langkah ini merupakan terobosan untuk memberikan panggung lebih luas kepada komunitas adat yang menjaga warisan leluhur. “Ini adalah momentum penting untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia melalui parade karnaval yang memadukan tradisi dan inovasi,” ujarnya.
Konsep tahun ini menggabungkan dua elemen: pelaku adat yang mempertahankan tradisi asli dan pelaku karnaval modern yang menampilkan kreativitas kontemporer. Perpaduan tersebut menghadirkan pengalaman visual yang segar sekaligus sarat makna.
AKARI menyampaikan bahwa proses memadukan dua komunitas berbeda memerlukan waktu dan koordinasi yang intens, namun hasilnya diharapkan menjadi model berkelanjutan dalam pelestarian budaya Indonesia. Melalui JFC, generasi muda dapat melihat langsung kekayaan tradisi yang masih hidup dan terawat.
Pagelaran ini diharapkan menginspirasi daerah lain untuk melakukan kolaborasi serupa, sehingga identitas budaya Nusantara tetap terjaga sekaligus relevan di mata dunia.
(dul/*)