Selasa, 20 Mei 2025

Festival Tabut 2025 Dipindah ke Sport Center, Warga dan Keturunan Tabut Penja Keberatan: “Lapangan Merdeka adalah Tempat Sakral!”

Kabarindo24jam.com,Bengkulu – Perayaan Festival Tabut 2025 dijadwalkan akan digelar mulai 26 Juni mendatang, atau tepat 40 hari lagi. Namun, keputusan pemerintah untuk memindahkan lokasi acara dari Lapangan Merdeka ke Sport Center Pantai Panjang menuai polemik dan penolakan dari sejumlah pihak.

Ketua Kerukunan Keluarga Tabut (KKT) Bencoolen, Achmad Syiafril Syahboedin, menegaskan bahwa 17 kerukunan Tabut Penja tetap bersikukuh melaksanakan ritual di Lapangan Merdeka. Ia menyebut lokasi tersebut bukan hanya simbol sejarah, tetapi juga sarat nilai spiritual dan tradisi yang tidak bisa digantikan.

“Sejak zaman kolonial Inggris-Belanda, ritual Tabut selalu diadakan di Lapangan Merdeka. Ini bukan sekadar lokasi, tapi tempat sakral. Jika dipindahkan, kami meyakini alam bisa menolak. Sport Center terlalu dekat pantai dan rawan badai,” ujar Syiafril.

Masyarakat juga mengeluhkan pemindahan tersebut. Mereka menilai keputusan pemerintah terlalu sepihak tanpa melibatkan aspirasi akar budaya. Beberapa warga menyatakan kekecewaannya karena merasa tradisi lokal seperti dipinggirkan oleh kebijakan yang berorientasi pada event pariwisata semata.

Selain soal lokasi, KKT juga menyoroti persoalan anggaran dana hibah dari Pemerintah Provinsi Bengkulu. Bantuan yang tahun ini turun menjadi Rp 90 juta dinilai tidak mencukupi untuk 17 kelompok Tabut Penja, yang masing-masing membutuhkan dana untuk ritual dan operasional.

“Kalau dibagi rata ke 17 kelompok, itu tidak cukup. Bisa-bisa malah menimbulkan keributan. Setiap titik punya juru kunci, punya tanggung jawab besar. Jangan sampai semangat ritual malah jadi soal,” tegas Ketua KKT.

Baca Juga :  PLN UPHK Medan Sharing Session Project Overhaul Tahun 2022

Di sisi lain, Pemerintah melalui Kepala Dinas Pariwisata Bengkulu, Murlin Hanizar, menjelaskan bahwa keputusan relokasi berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Tabut 2024. Berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Pariwisata dan Kepolisian, Lapangan Merdeka dinilai tidak lagi layak menampung kepadatan pengunjung, serta sulitnya pengaturan lalu lintas dan akses keluar-masuk.

“Sport Center adalah lokasi yang lebih representatif secara teknis dan kapasitas. Kami juga sedang mengupayakan sponsor dan CSR untuk membantu pendanaan kegiatan ritual Tabut Penja,” ujar Murlin.

Sementara itu, suara berbeda datang dari Tabut Kebudayaan (Pembangunan). Mereka justru mendukung penuh pemindahan ke Sport Center, namun tetap mengeluhkan minimnya dana bantuan.

“Kami mendukung pelaksanaan di Sport Center. Tapi bantuan Rp 50 juta dari pemerintah untuk kegiatan pembangunan seperti membuat telong-telong dan hiasan lainnya, jelas tidak cukup. Kami harap gubernur menerbitkan edaran agar kabupaten juga kota ikut berpartisipasi,” ujar Idramsyah, Ketua Tabut Kebudayaan Bengkulu.

Polemik ini mencerminkan ketegangan antara pelestarian tradisi dan tuntutan modernisasi penyelenggaraan event. Harapan masyarakat, pemerintah dapat lebih bijak dalam menyatukan semangat budaya dan pembangunan tanpa mengesampingkan akar sejarah serta nilai spiritual yang melekat kuat dalam Festival Tabut.(wen)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini