Kabarindo24jam.com | Jakarta – Nama Tengku Firmansyah mungkin dulu lekat dengan dunia hiburan Tanah Air. Aktor yang membintangi berbagai sinetron populer era 2000-an ini kini menginspirasi publik dengan pilihan hidup yang tak biasa: menjadi tukang las di Kanada.
Setelah memutuskan pindah bersama keluarga ke Kanada, Tengku Firmansyah kini bekerja di Edmonton Exchanger, sebuah perusahaan manufaktur di kota Edmonton, Alberta. Menariknya, ia belajar keterampilan mengelas dari nol, dan kini telah bekerja selama setahun—bahkan dilaporkan telah naik jabatan.
Tengku dan istrinya, Cindy Fatikasari, memutuskan hijrah ke Kanada melalui jalur migrasi self-employed, sebuah jalur yang memungkinkan individu menetap jika memiliki potensi ekonomi atau keahlian mandiri. Tujuan utamanya? Memberi pendidikan terbaik dan pengalaman hidup baru untuk anak-anak mereka.
“Kami ingin anak-anak tumbuh dengan perspektif global, dan ini bagian dari perjalanan itu,” ujar Tengku dalam sebuah wawancara daring beberapa waktu lalu.
Apa yang dilakukan Tengku Firmansyah jauh dari glamornya dunia sinetron. Namun justru di sanalah letak inspirasinya. Di usia kepala empat, ia tak ragu merintis ulang karier dari bawah, memulai pelatihan mengelas, dan kini sukses menekuni bidang tersebut secara profesional.
“Belajar hal baru di usia tidak muda bukan aib, justru tantangan. Dan saya bersyukur menjalaninya,” ungkap Tengku.
Di Edmonton, gaji seorang tukang las profesional berkisar antara 25–45 dolar Kanada per jam, atau sekitar Rp294.000–Rp529.000 per jam, tergantung pengalaman dan keterampilan.
Langkah berani Tengku Firmansyah ini menuai banyak pujian dari masyarakat dan netizen. Banyak yang menyebutnya sebagai contoh ayah dan suami tangguh, yang berani keluar dari zona nyaman dan menunjukkan bahwa martabat tidak diukur dari pekerjaan, tapi dari dedikasi dan tanggung jawab.
“Dari aktor ke tukang las, tetap keren dan menginspirasi!” tulis seorang netizen di media sosial.
Kisah Tengku Firmansyah membuktikan bahwa hidup bukan soal status, tapi keberanian untuk berubah, belajar, dan berjuang. Ia bukan hanya ayah dan suami, tapi simbol nyata dari semangat “pantang menyerah” yang mungkin kita semua butuhkan hari ini.(Dul)