Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim menekankan bahwa kebutuhan guru dan peserta didik menjadi akar dari kebijakan teknologi pendidikan yang diterapkan di Indonesia.
Penekanan tersebut disampaikan Mendikbud Nadiem saat menjadi pembicara pada sesi ‘Digital Learning and Transformation’ di hari ketiga kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat.
“Dalam tiga tahun terakhir, Indonesia telah memulai transformasi paling progresif dalam sejarah pendidikan Indonesia. Kebijakan ini kami beri nama Merdeka Belajar,” jelas Nadiem pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Transforming Education yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, baru-baru ini.
Sesi ‘Digital Learning and Transformation’ bersama para pemimpin negara bertujuan untuk mempromosikan solusi inovatif, kebijakan dan praktik yang memberdayakan, serta memastikan akses pendidikan digital di berbagai belahan dunia.
Lewat paparannya, Nadiem menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berpusat pada pemangku kepentingan.
“Filosofi desain teknologi kami berpusat pada pengguna. Kami mendengarkan guru, kepala sekolah, peserta didik, dan lain sebagainya. Alih-alih membangun produk teknologi yang kami pikir diperlukan, kami lebih berfokus pada apa yang sebenarnya mereka butuhkan,” ungkap Nadiem.
Dihadapan para pemimpin negara-negara di dunia, Nadiem juga mengungkapkan berbagai platform teknologi yang dikembangkan Kemendikbudristek adalah platform Merdeka Mengajar, Rapor Pendidikan, Kampus Merdeka, Kedaireka, belajar.id, Arkas, TanyaBOS, dan SIPLah. (gus)