Kabarindo24jam.com | Jakarta – Wakil Panglima TNI Jenderal Tandyo Budi Revita menyatakan Markas Besar TNI akan mengevaluasi atraksi dan kegiatan-kegiatan besarnya menyusul terjadinya musibah dalam perayaan HUT ke-80 TNI. Dimana, dua prajurit TNI meninggal dunia pada saat melakukan atraksi dan parade di rangkaian acara HUT TNI.
“Kita akan evaluasi (perayaan HUT TNI),” kata Tandyo saat ditemui di Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2025). Namun Tandyo tidak menjelaskan dengan rinci apa saja yang akan dievaluasi dari rangkaian acara tersebut. Ia menyebut evaluasi dilakukan agar ke depan gelaran perayaan serupa berjalan tanpa memakan korban jiwa.
Sebelumnya, Seorang prajurit TNI Angkatan Laut, Praka Marinir Zaenal Mutaqim meninggal dunia karena mengalami kecelakaan saat prosesi terjun payung saat gelaran sailing pass atau parade armada laut yang digelar TNI AL di Teluk Jakarta, Kamis (2/10). Zainal diketahui tergabung dalam tim terjun payung yang sedang melakoni simulasi tempur dalam rangka perataan HUT ke-80 TNI.
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada Sabtu (4/10), salah seorang prajurit Komando Cadangan Strategi Angkatan Darat (Kostrad) yakni Prajurit Satu Johari Alfarizi meninggal dunia karena jatuh dari atas tank milik TNI AD.
Pangkostrad Letjen TNI Mohamad Fadjar mengatakan Johari saat itu sedang berada di atas tank yang dibawa kendaraan transporter. Tank itu akan dipindahkan untuk keperluan acara puncak HUT TNI yang digelar di area Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (5/10).
Saat proses pemindahan tank berlangsung, Johari jatuh dari atas tank tersebut di sekitaran kawasan Monas. Johari jatuh dari ketinggian sekitar 4 meter dan mengalami luka di beberapa bagian tubuh serta patah tulang. Johari sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis, namun meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.
Sementara itu, Menteri Pertahanan RI Jenderal (Hor) Purn Sjafrie Sjamsoeddin memastikan dua prajurit yang gugur dalam rangkaian hari ulang tahun (HUT) ke-80 TNI mendapat kenaikan pangkat luar biasa (KPLB).
Sjafrie menambahkan bahwa kedua prajurit tersebut mendapatkan santunan dari Asabri. “(Mereka) mendapat santunan dari Asabri, satu orang untuk keluarga, Rp 350 juta, dan kenaikan pangkat luar biasa,” ujar Sjafrie saat ditemui di RS PPN Soedirman, Jakarta Selatan, Selasa (7/10).
Terkait insiden tersebut, Komisi I DPR RI mendesak TNI untuk mengevaluasi secara menyeluruh aspek keselamatan prajurit dalam setiap atraksi dan kegiatan seremonial militer di ruang publik. “Peristiwa ini perlu menjadi bahan evaluasi menyeluruh, khususnya terkait aspek keselamatan dan prosedur teknis dalam pelaksanaan atraksi militer di ruang publik,” ujar Dave.
Menurut Dave, insiden tersebut harus menjadi peringatan penting bagi TNI agar memperkuat kembali standar keamanan dan mitigasi risiko di setiap latihan maupun demonstrasi di hadapan publik. Putra dari mantan Ketua DPR RI Agung Laksono itu meyakini bahwa TNI sudah mengedepankan kedisiplinan dan profesionalisme tinggi dalam setiap kegiatan seremonial.
Namun, dua peristiwa yang menelan korban jiwa itu menunjukkan bahwa standar keselamatan perlu terus diperbarui dan diperkuat. “Keselamatan prajurit harus menjadi prioritas utama, bahkan dalam konteks perayaan. Atraksi militer bukan hanya soal ketangkasan, tetapi juga soal ketepatan prosedur dan kesiapan teknis,” katanya.
Atas hal itu, Komisi I mendorong agar TNI melakukan audit internal terhadap seluruh prosedur pengamanan dan pelatihan yang berkaitan dengan kegiatan seremonial. Selain itu, lanjut Dave, simulasi dan uji kelayakan peralatan yang digunakan dalam setiap demonstrasi atau atraksi militer juga harus dilakukan. (Cky/*)