Kalau kamu pikir Bogor cuma punya hujan dan kemacetan, coba datang ke Batutulis malam hari. Bukan cuma prasasti tua yang jadi saksi sejarah ada di sini — ada sisi lain Batutulis yang hidup begitu matahari tenggelam: wisata malam dadakan dengan pemandangan Gunung Salak yang megah di gemerlap malam
Setiap hari,terutama sore hari menjelang malam deretan motor berjejer rapi di pinggiran jalan. Anak-anak muda, pasangan,bahkan keluarga dengan anak-anaknya semua tumplek di satu titik: nongkrong menghadap Gunung Salak. Lampu jalan remang-remang, langit Bogor kadang berkabut, yang justru membuat suasananya syahdu. Dinginnya malam dibayar lunas oleh semangkuk mie ayam hangat atau segelas kopi yang diseduh dadakan.
Pedagang bermunculan seperti jamur. Dari gerobak dorong sampai tenda kecil berlampu LED, dengan ragam jualan cemilan dan minuman penghangat badan. Ada yang bawa speaker kecil muter lagu akustik pelan-pelan — cukup buat ngobrol tanpa harus teriak.
Yang bikin tempat ini spesial bukan cuma makanannya, tapi satu hal yang nggak bisa dibeli: pemandangan Gunung Salak malam hari. Hitam, tinggi, dan gagah membingkai langit malam Bogor. Duduk menghadap gunung, sambil menghirup aroma kopi dan suara angin malam — rasanya kayak meditasi gratis.
Batutulis malam hari bukan tempat wisata resmi. Tapi justru di situ nikmatnya. Sederhana, alami, dan jujur. Kalau kamu butuh tempat rehat dari hiruk-pikuk kota, gas motor kamu ke Batutulis malam-malam. Cari tempat duduk, pesan mie ayam atau minuman dan tatap Gunung Salak. Siapa tahu, inspirasi datang bareng uap kopi…