Kabarindo24jam.com | Bogor Kabupaten – Peristiwa meninggalnya balita Raya asal Sukabumi karena ‘cacingan’ baru-baru ini, telah menjadi peringatan bagi seluruh aparatir pemerintah daerah agar lebih peka terhadap kondisi masyarakat. Oleh karena itu, aparatur daerah harus lebih sering turun langsung ke lapangan untuk memantau kondisi yang terjadi di tengah masyarakat, bukan hanya mengandalkan laporan.
“Aparatur di daerah harus mau turun ke lapangan, mau melihat bersama-sama dengan para relawan. Kemudian yang kedua, memang harus mau mengajak masyarakat untuk posyandu mengecek kesehatan dan lain-lain. Itu yang paling penting sebagai antisipasi,” kata Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Ajat Rochmat Jatnika dalam keterangan resminya dikutip pada Kamis (21/82025).
Menurut Ajat, khusus di Kabupaten Bogor telah dibentuk sistem pengawasan berlapis mulai dari desa hingga tingkat RW dan RT. Saat ini, ada kurang lebih 5.000 pos layanan yang digerakkan untuk memantau kondisi masyarakat. Selain itu, pendamping keluarga harapan maupun pendamping masalah sosial juga disiapkan untuk memastikan warga yang rentan tetap dalam pengawasan.
“Kalau misalnya kita mengidentifikasi, ya harus berkomunikasi dengan Dinas Sosial dan lain-lain. Saya kira itu sudah. Sistemnya kita sudah jalan. Tapi kalau misalnya pengetahuan kita kurang, mata hati kita tidak terlalu dipergunakan untuk melihat kondisi di lapangan, ya kan sayang sekali,” ujarnya.
Ajat mengakui, bahwa terkait kasus Raya menunjukkan ada sisi yang luput dari pantauan aparatur di lapangan. Karena itu, Bupati Bogor Rudy Susmanto telah menginstruksikan agar jajaran pemerintahan kembali menekankan kolaborasi dan gotong royong di tingkat masyarakat.
“Sekarang yang dibawa oleh Pak Bupati Rudy Susmanto adalah bagaimana kita berkolaborasi, bergotong royong kembali ke masa-masa dulu yang begitu indah, kita saling mengingatkan. Itu yang dikomunikasikan ke jajaran kita yang di bawah,” katanya.
Ajat menegaskan, kewaspadaan di Kabupaten Bogor harus ditingkatkan agar kasus serupa tidak terjadi. Ia meminta kepala desa, lurah, hingga aparat wilayah terkecil benar-benar memperhatikan kondisi warganya. “Kita sudah ada sistem pelaporan yang segera mungkin bisa diidentifikasi dan ditangani. Kalau mau turun, mau mengajak, insyaallah tidak ada lagi kejadian seperti itu,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor Fusia Meidiawaty menjelaskan penyakit yang dialami Raya dikenal dengan istilah askariasis, yakni infeksi cacing gelang. “Ini nama cacingnya adalah Ascaris Lumbricoides. Biasanya telur cacing masuk ke tubuh anak melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi tanah atau kotoran,” jelas Fusia.
Ia menambahkan, gejala askariasis bisa bervariasi, mulai dari ringan hingga berat. “Biasanya ada gangguan pencernaan berupa sakit perut, mual, muntah, diare, berat badan anak susah naik, hingga gizi buruk. Kalau jumlahnya banyak, ini dapat menyebabkan sumbatan usus. Bahkan kadang cacing keluar melalui kotoran, muntah, hidung atau mulut,” jelasnya.
Fusia menekankan pentingnya pencegahan dengan menjaga kebersihan diri, makanan, minuman, lingkungan, serta pemberian obat cacing massal. “Membiasakan anak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah dari kamar kecil, memotong kuku secara teratur, mencuci buah dan sayur sebelum dimakan, serta memastikan minum air matang itu sangat penting,” ujarnya. (Cky/*)