Kabarindo24jam.com | Jakarta – Kursi komisaris Pertamina Hulu Energi (PHE) mendadak kosong. Paiman, yang pernah dielu-elukan sebagai profesor, doktor, dosen, hingga motivator, harus angkat kaki tanpa upacara atau pengumuman resmi. Bukan karena pensiun, melainkan geger dugaan keterlibatan dalam “sulap ijazah” yang kembali menyeruak di media sosial.
Paiman pernah dikenal melesat cepat dalam karier, disebut-sebut karena kedekatan dengan lingkar kekuasaan. Namanya mencuat setelah narasi lama tentang ijazah Presiden Joko Widodo yang disebut-sebut berasal dari “Pasar Pramuka” kembali ramai diperbincangkan. Dalam tudingan itu, Paiman dikaitkan dengan percetakan yang konon menjadi tempat mencetak ijazah tersebut.
Gelombang kritik warganet pun tak terbendung. Meme, montase, potongan video, hingga cuplikan podcast berseliweran, melabelinya sebagai “Profesor palsu” atau “Tukang Ijazah Pramuka.” Paiman membantah semua tuduhan dan menegaskan ijazah Presiden sah, namun publik terlanjur gaduh.
Tanpa banyak kata, PHE mencabut jabatannya. Publik bersorak, bukan semata karena benci pada sosoknya, melainkan karena marah pada runtuhnya simbol kehormatan: gelar akademik, jabatan publik, dan integritas.
Kasus ini menjadi peringatan keras: gelar dan jabatan tak lagi sakral jika diperoleh lewat koneksi atau tipu daya. Di era digital, publik bisa menjadi hakim. Dan sulap lain, cepat atau lambat, akan kembali terbongkar.(Ls*/)