Kabarindo24jam.com | Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump semakin intensif dalam upayanya mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Melalui berbagai langkah diplomatik dan ekonomi, Trump memberikan sinyal kuat bahwa pemerintahannya tidak akan tinggal diam terhadap konflik ini.
Dalam pernyataan resmi yang disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, pada Senin, 21 Juli 2025, disebutkan bahwa Trump sedang “bekerja secara agresif” untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina. Pernyataan ini memperkuat sinyal bahwa AS akan mengambil langkah besar dalam beberapa minggu ke depan.
“Presiden Trump terus bekerja secara agresif untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina,” kata Leavitt kepada wartawan.
Langkah paling menonjol dari strategi Trump adalah ultimatum kepada Rusia: Moskow diberi waktu 50 hari untuk mencapai kesepakatan damai. Jika gagal, AS akan memberlakukan tarif 100 persen terhadap negara-negara yang membeli produk ekspor Rusia, sebuah gebrakan ekonomi besar yang dirancang untuk menekan pendapatan Kremlin.
Selain itu, Trump juga meningkatkan dukungan militer ke Ukraina. Ia mendesak sekutu-sekutu Eropa untuk membeli sistem pertahanan udara buatan AS, seperti Patriot System, yang akan dikirim ke Ukraina. Langkah ini disebut sebagai dukungan tak langsung namun kuat untuk memperkuat posisi Ukraina di medan perang.
Menurut laporan dari Kyiv Post, langkah-langkah Trump ini mendapat respons beragam. Doug Klain, analis dari Razom for Ukraine, mengatakan tekanan AS berhasil mendorong Jerman mengirim lima unit sistem Patriot, lebih dari dua kali lipat dari yang direncanakan sebelumnya.
“Ini adalah minggu yang buruk bagi Vladimir Putin,” kata Klain.
Meski demikian, tantangan besar masih ada. Negosiasi langsung antara Rusia dan Ukraina mandek, dengan Moskow mempertahankan ambisinya di wilayah Ukraina, sementara Kyiv menilai pembicaraan tidak membuahkan hasil nyata.
AS kini juga mempertimbangkan opsi “sanksi sekunder”: yaitu tarif terhadap negara-negara yang tetap berdagang dengan Rusia. Jika diterapkan, ini akan menjadi strategi baru yang dapat mengganggu pasar global, terutama di sektor energi.
(dul/*)