Minggu, 27 Juli 2025

100 Ribu Mengungsi, Konflik Thailand-Kamboja Memanas

Kabarindo24jam.com | Kamboja – Lebih dari 100.000 warga sipil terpaksa meninggalkan rumah mereka akibat pecahnya konflik bersenjata paling berdarah dalam satu dekade antara Thailand dan Kamboja. Bentrokan yang dimulai sejak Kamis (24/7/2025) di sepanjang perbatasan kedua negara, melibatkan jet tempur, artileri, tank, hingga pasukan darat, memicu kepanikan luas dan kekhawatiran akan eskalasi lebih besar.

“Lebih dari 100.000 warga dari empat provinsi telah kami evakuasi ke hampir 300 titik penampungan sementara,” demikian pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri Thailand, Jumat (25/7/2025). Sementara itu, Kementerian Kesehatan negara tersebut mengonfirmasi sebanyak 14 korban jiwa, terdiri dari 13 warga sipil dan satu anggota militer.

Bentrokan dilaporkan terjadi di enam lokasi strategis, termasuk kawasan dua kuil kuno yang berada di sepanjang wilayah perbatasan sepanjang 800 kilometer. Militer Thailand menuduh pasukan Kamboja melepaskan tembakan roket dan peluru ke wilayah mereka. Sebagai balasan, jet tempur F-16 Thailand menyerang sejumlah target militer di Kamboja.

Di kota Samraong, sekitar 20 kilometer dari perbatasan, warga Kamboja juga mengalami ketakutan serupa. “Pertempuran dimulai sekitar pukul enam pagi, kami takut dan langsung mengungsi ke kuil Buddha,” kata Pro Bak (41), warga setempat. Ia mengaku membawa serta istri dan anak-anaknya untuk menyelamatkan diri. “Saya tidak tahu kapan kami bisa pulang,” ujarnya seperti dikutip AFP.

Ketegangan sebenarnya sudah mengemuka sejak Mei lalu, saat seorang tentara Kamboja tewas dalam insiden perbatasan. Meski konflik sempat mereda usai putusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada 2013, kejadian terbaru ini memicu ketegangan diplomatik baru. Thailand memutuskan mengusir duta besar Kamboja dan menarik utusannya dari Phnom Penh. Kamboja merespons dengan menurunkan hubungan diplomatik ke level terendah dan hanya menyisakan satu diplomatnya di Bangkok.

Merespons krisis ini, berbagai negara menyerukan pendekatan damai dan dialog terbuka. Perdana Menteri Kamboja Hun Manet telah meminta Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat, sementara Amerika Serikat, Uni Eropa, Prancis, dan China mendesak kedua pihak menahan diri. “Saat ini adalah momentum untuk menahan ego dan memilih jalur diplomasi demi menjaga stabilitas kawasan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dikutip Xinhua.

Silakan beri tahu jika ingin versi dengan penutup yang lebih keras, emosional, atau bernuansa mediasi ASEAN.

 

redaksi
redaksihttps://kabarindo24jam.com
Redaksi media Kabarindo24jam.com

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini