Kabarindo24jam.com | Cibinong – Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengungkapkan salah satu bencana yang menjadi tinjauan serius adalah banjir lintasan. Hal ini dikarenakan salah satu penyebab terbesar terjadinya banjir lintasan ialah sampah yang menjejali sungai dan saluran air serta badan jalan.
Dedie menyebut Kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan ini yang menyebabkan potensi terjadinya banjir lebih besar. “Beberapa kejadian banjir lintasan itu diakibatkan oleh tidak bertanggung jawabnya masyarakat membuang sampah,” tegasnya usai memimpin Apel Siaga Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi di Mako Polresta Bogor Kota, Rabu (5/11/2025).
Wali Kota pun mengimbau masyarakat untuk bisa lebih peka dan sadar agar tidak membuang sampah sembarangan. Ia juga mengimbau untuk lebih mencintai lingkungan khususnya kebersihan sungai agar aliran airnya lancar tanpa sumbatan.
“Semua masyarakat di lintasan Sungai Ciliwung Cisadane ini juga harus punya kesadaran untuk tidak lagi membuang sampah ke sungai, ke saluran air, ke tempat-tempat yang bukan semestinya membuang sampah,” imbuhnya.
Dedie Rachim juga mengemukakan bahwa di Kota Bogor setiap tahunnya terjadi kurang lebih 1.000 bencana. Atas hal itu, ia menekankan mitigasi penanganan dan penanggulangan bencana diperlukan sinergi seluruh elemen bangsa, TNI-Polri, BNPB, Basarnas, PMI, BMKG, dan seluruh stakeholder guna terlaksananya quick respon terhadap setiap kejadian bencana.
Menurut Dedie Rachim, ada delapan pendekatan yang perlu dilaksanakan, di antaranya melakukan deteksi dini dan pemetaan rawan bencana secara berkelanjutan, memberikan informasi dan imbauan kamtibmas termasuk potensi bencana, memastikan kesiapan personel, sarpras dan logistik, serta rutin melaksanakan simulasi tanggap darurat sebagai edukasi tanggap darurat.
Kemudian, mengedepankan kecepatan dan ketepatan respons dalam tanggap darurat bencana, melaksanakan tugas kemanusiaan dengan penuh empati yang dilaksanakan secara humanis dan profesional, memastikan seluruh kegiatan penanggulangan bencana sesuai prosedur, dan meningkatkan koordinasi dan sinergitas dengan seluruh stakeholder.
“Seperti kita ketahui bersama ada peringatan dari BMKG beberapa waktu lalu bahwa puncak curah hujan November sampai Januari 2026. Dengan demikian, kalau kita bicara curah hujan apalagi Kota Bogor, kita sudah mengalami beberapa kejadian curah hujan di atas 135 milimeter. Artinya, konfirm kejadian hujan ekstrem ini terkait pemanasan global, jadi ada perubahan cuaca yang mengakibatkan banjir lintasan, banjir, longsor, pohon tumbang dan sebagainya,” ujar Dedie.
Dengan adanya apel ini, Wali Kota Dedie menegaskan bahwa sinergitas dan kolaborasi harus dijaga dengan baik untuk terus merawat semangat gotong royong dalam memitigasi dan menangani bencana di wilayah Kota Bogor yang memang rawan bencana alam.
Selain itu, dari hasil pemetaan di Kota Bogor ada dua kecamatan yang relatif dianggap rawan bencana, yaitu Kecamatan Bogor Selatan dan Bogor Barat, sehingga dua kecamatan ini harus bisa melakukan mitigasi secara tepat.
Terpisah, Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani menyampaikan bahwa Indonesia saat ini tengah memasuki periode peningkatan curah hujan yang menandai peralihan menuju puncak musim hujan. Faisal menjelaskan bahwa fenomena La Nina lemah saat ini tengah berlangsung dan diprediksi bertahan hingga Maret 2026.
Namun, dampaknya terhadap peningkatan curah hujan dinilai tidak terlalu signifikan saat puncak musim hujan nanti. “La Nina lemah akan bertahan hingga awal tahun 2026, namun pada puncak musim hujan dampaknya terhadap penambahan curah hujan tidak terlalu signifikan. Meski begitu, curah hujan tinggi pada periode tersebut tetap perlu diwaspadai,” ujarnya.
Selama November-Desember 2025, sebagian besar wilayah Indonesia masih akan mengalami curah hujan atas normal, terutama di Sumatera bagian utara, Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian utara, dan Maluku Utara.
Kombinasi faktor global dan regional seperti La Nina lemah dan Dipole Mode negatif (-1,61) menyebabkan atmosfer tetap labil dan mendukung pembentukan awan konvektif di sejumlah wilayah. Hal ini meningkatkan potensi hujan lebat disertai angin kencang, terutama di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, NTB, dan Sulawesi Selatan. (Man/Dul)

