Home / Internasional

Sabtu, 7 Agustus 2021 - 22:17 WIB

Dua Menteri Mundur, Perdana Menteri Malaysia Kian Terdesak

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin (melambaikan tangan)

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin (melambaikan tangan)

KUALA LUMPUR — Situasi politik Malaysia kian panas lantaran kekuatan politik Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin semakin tergerus. Beberapa hari setelah Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah mengkritik kebijakan Muhyiddin, sejunlah menteri di bawah kabinet Muhyiddin mengundurkan diri mundur teratur.

Setelah Datuk Seri Shamsul Anuar Nasarah mengundurkan diri dari posisinya menteri energi dan sumber daya alam pada Selasa (3/8/2021) lalu, kini giliran Datuk Seri Noraini Ahmad, Menteri Pendidikan Tinggi mengundurkan diri dari jabatannya.

Dalam sebuah pernyataan yang dilansir dari Malay Mail, Noraini mengatakan ini sejalan dengan keputusan partai asalnya untuk menarik dukungan dari pemerintah Perikatan Nasional (PN), yang harus dia patuhi sebagai ketua bidang wanita dari Partai  Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO).

“Saya mengundurkan diri sebagai menteri pendidikan tinggi, anggota kabinet dari administrasi federal, dengan segera. Keputusan partai akan dilaksanakan saat DPR bersidang,” kata Noraini dalam keterangan persnya, Sabtu (7/8/2021).

Baca Juga :  Perdana Menteri Singapura Segera Berganti, Lawrence Gantikan Lee

Namun begitu, dia mengaku berterima kasih kepada Muhyiddin atas pengangkatannya, tetapi menjelaskan bahwa dia harus mematuhi keputusan UMNO dalam hal keputusan politik. Noraini dan Shamsul Anuar, keduanya adalah anggota kabinet mewakili UMNO.

Selain kehilangan dua menteri, Muhyiddin juga kehilangan suara sebanyak 11 anggota parlemen dari Partai UMNO yang menarik dukungan untuk pemerintahan PN koalisi yang akhir-akhir ini tertekan oleh kubu oposisi.

Awal pekan ini, Presiden UMNO Datuk Seri Ahmad Zahid Hamidi mengatakan banyak anggota parlemen partainya telah menandatangani deklarasi penarikan dukungan untuk PN, menghilangkan suara mayoritas dalam pemerintahan saat ini.

Zahid juga menuduh Muhyiddin dan pemerintahannya menentang serta meremehkan Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pekan lalu. Padahal Raja sangat dihormati oleh semua kalangan.

Baca Juga :  Puan Resmikan Patung Sukarno di KBRI Tokyo, Simbol Persahabatan RI–Jepang

Gejolak politik di Malaysia ini berawal dari kekecewaan Raja Malaysia terhadap pernyataan Menteri Kehakiman Takiyuddin Hasan dalam sidang khusus dengan parlemen pada 26 Juli 2021 silam.

Ketika itu, Takiyuddin mengungkapkan kalau pemerintah telah mencabut semua peraturan terkait status darurat Covid-19 per 21 Juli 2021. Keputusan mencabut peraturan tersebut ternyata tanpa persetujuan Raja Malaysia.

Padahal, Juru Bicara Istana Negara Ahmad Fadil Shamsuddin mengatakan, kekuasaan untuk mengubah dan mencabut peraturan termasuk status darurat Covid-19 yang dijadwalkan berakhir 1 Agustus 2021, merupakan hak prerogratif raja.

Karenanya, tindakan pemerintah dianggap tidak menghormati rule of law yang diamanatkan dalam Rukun Negara. Selain itu, langkah pemerintah juga bertentangan dengan fungsi dan hak prerogatif Raja Malaysia sebagai kepala negara yang diatur dalam UUD. (***/CP)

Share :

Baca Juga

Internasional

Adu Klaim Iran dan AS Terkait Serangan ke Fordow

Internasional

AS Kerahkan 6 Pesawat B-2 ke Guam,Serang Iran?

Internasional

14 Pesawat Kargo Kirim Senjata ke Israel, AS dan Jerman Perkuat Kesiapan Tempur

Internasional

AS Berupaya Redam Amarah Teheran Usai Serangan Israel

Internasional

Puan Maharani Orasi tentang Kesetaraan Gender di Amerika

Internasional

Kementerian Pertahanan Kerjasama dengan Turki, Pindad Gandeng Malaysia

Internasional

Ketegangan Memuncak! Musk dan Trump Saling Serang di Medsos

Internasional

Presiden Donald Trump Mengecam China atas Perjanjian Perdagangan