Magelang, Kabarindo24jam.com – Kunjungan presiden Perancis ke candi Borobudur menyisakan cerita yang tidak elok. Emmanuel Macron dan Brigitte menuai sorotan publik karena melakukan ritu menyentuh Patung Buddha di dalam candi yang erat kaitannya dengan mitos Kunto Bimo.
Bukan hanya Emmanuel Macron dan Brigitte, Sekretaris Kabinet Letkol Teddy Indra Wijaya juga melakukan hal serupa.
Sebagai informasi, Kunto Bimo merupakan sebuah ritual mitos yang dipercaya akan bisa mendapatkan keberuntungan atau keinginannya akan terkabul.
Akan tetapi, melakukan mitos tersebut rupanya sudah lama tidak diperbolehkan sebagaimana dikutip dari akun X @ybaindonesia.
Nah, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan disana? Mari kita simak
Candi Borobudur: Menggali Keindahan, Menjaga Warisan
Candi Borobudur tak hanya megah secara fisik, tetapi juga kaya makna sebagai warisan budaya dunia yang telah diakui oleh UNESCO. Setiap tahun, ribuan wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk menyaksikan keagungan candi Buddha terbesar di dunia ini. Namun, berkunjung ke Borobudur bukan sekadar perjalanan wisata—ini adalah ziarah budaya yang menuntut rasa hormat dan kepedulian dari setiap pengunjung.
Agar pengalaman mengunjungi Borobudur tak hanya berkesan tapi juga beretika, pengelola candi telah menetapkan sejumlah aturan penting. Peraturan ini bukan hanya demi kenyamanan, tetapi juga demi menjaga kelestarian struktur candi yang telah berdiri sejak abad ke-9.
Apa yang Boleh Dilakukan di Borobudur?
Berpakaian sopan menjadi salah satu bentuk penghormatan utama. Tank top, celana pendek, atau rok mini sebaiknya ditinggalkan demi kenyamanan bersama dan penghargaan terhadap tempat suci ini. Pengunjung dianjurkan mengenakan pakaian yang tertutup dan rapi.
Bagi yang ingin mengabadikan momen, memotret diperbolehkan—namun tetap harus dalam batas wajar. Pose berlebihan yang bisa mengganggu atau membahayakan, baik bagi pengunjung lain maupun struktur candi, sebaiknya dihindari. Ingat, setiap batu di Borobudur menyimpan sejarah panjang yang harus dijaga.
Penggunaan alas kaki khusus juga diwajibkan saat memasuki area candi. Pengelola menyediakan alas kaki pengganti demi menjaga batuan candi dari abrasi akibat gesekan sepatu.
Tak kalah penting, pastikan Anda membeli tiket sesuai jenis kunjungan. Naik ke puncak candi biasanya membutuhkan tiket tambahan dan wajib didampingi pemandu. Selain mendampingi, pemandu juga akan memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan filosofi relief yang terpahat di setiap sisi candi.
Larangan yang Harus Diperhatikan
Vandalisme dalam bentuk apa pun, seperti mencoret dinding atau membuang sampah sembarangan, adalah tindakan yang tidak bisa ditoleransi. Selain merusak, hal tersebut mencoreng nilai luhur candi sebagai warisan budaya.
Berpose ekstrem, berdiri di atas stupa, atau melompat untuk foto juga dilarang keras. Bukan hanya berisiko membahayakan, tindakan tersebut bisa merusak struktur candi yang rapuh.
Borobudur juga bukan tempat untuk membuat keributan. Berteriak, berlarian, atau membuat suara gaduh akan mengganggu suasana sakral yang coba dijaga oleh pengelola. Suasana tenang dan khidmat justru menjadi bagian dari pesona candi ini.
Selain itu, seluruh area candi merupakan zona bebas rokok. Merokok tidak hanya berbahaya bagi batuan candi, tetapi juga mengganggu kenyamanan pengunjung lain.
Kemudian hal yang tidak boleh dilakukan adalah menduduki dan menaiki stupa-stupa yang ada di Candi Borobudur. Termasuk melakukan ritual Kunto Bimo.
Berwisata ke Borobudur berarti menjadi bagian dari upaya pelestarian warisan sejarah. Dengan mengikuti aturan yang ada, setiap pengunjung turut menjaga agar candi ini bisa dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Candi Borobudur bukan hanya tentang foto dan kenangan indah, tapi juga tentang penghormatan, edukasi, dan komitmen terhadap budaya yang telah diwariskan selama ribuan tahun.