Minggu, 27 Juli 2025

KH. Azis Sarnata,Menyatukan Pendidikan, Dakwah, dan Pengabdian dalam Satu Jalan Hidup

Kabarindo24jam.com | Bogor –  Kalau ada orang yang tak pernah berhenti sekolah, mungkin KH. Abdul Aziz Sarnata salah satunya. Beliau lahir di Bogor, 20 September 1973. Dari kecil sudah akrab dengan kitab kuning dan suasana madrasah. Tapi jangan bayangkan hidupnya mudah. Sejak awal, jalannya menanjak. Tapi langkahnya tetap mantap. Dari Madrasah Ibtidaiyah Al-Manaf sampai kuliah tinggi dua kali — magister ekonomi dan pendidikan. Tahun 2025 ini, ia masih duduk di bangku S2 keduanya. Umur boleh menua, tapi semangat belajarnya seperti anak muda baru masuk kuliah. Langkahnya panjang. Semua diraih bukan karena fasilitas, tapi karena tekad.

Guru yang Tak Cuma Mengajar
Sejak 1999, ia mengabdi sebagai guru di MTs Darussalam. Tapi Aziz bukan guru biasa. Ia bukan hanya datang ke kelas, lalu pulang. Ia hidup di tengah murid-muridnya. Ia merancang kurikulum, membina guru, membangun lembaga. Bahkan memimpin Yayasan Pendidikan Islam Darussalam (YAPIDA), yang mengelola lembaga dari tingkat dasar sampai atas. Ia tak pernah menjadikan jabatan sebagai panggung. Ia menjadikannya alat untuk bekerja lebih tenang dan lebih dalam.

Banyak yang bertanya: mengapa masih kuliah lagi di usia segini? Aziz hanya tersenyum. “Karena ilmu itu tak pernah habis,” katanya. “Selama kita hidup, kita belajar. Kalau berhenti, ya kita mati pelan-pelan.”

Dan mungkin, itulah yang membedakan KH. Abdul Aziz Sarnata dari banyak tokoh lain: ia tak ingin dikenal, tapi ingin bermanfaat. Ia tak ingin populer, tapi ingin berpengaruh. Ia tidak sedang mengejar panggung, tapi membangun generasi. Pelan-pelan, tenang-tenang, tapi pasti. Karena bagi seorang guru sejati, keberhasilan bukan soal dikenal orang. Tapi soal berapa banyak orang yang ia bantu untuk mengenal hidup dan bermanfaat untuk orang lain.

Mathla’ul Anwar di Kabupaten Bogor pun ia besarkan. Sekarang sudah ada 149 lembaga di bawahnya. Ada pesantren, RA, MTs, MA, dan banyak lagi. Itu semua bukan kerja semalam. Tapi kerja panjang, tenang, dan konsisten.

Pemimpin yang Tumbuh dari Organisasi Kampus
Bakat kepemimpinan Aziz muncul sejak muda. Saat kuliah di Fakultas Hukum UNTIRTA, ia jadi Ketua Senat Mahasiswa dan Ketua BPH. Bicaranya tenang, tapi gagasannya tajam. Lanjut ke tingkat nasional, ia duduk di posisi strategis: Wakil Bendahara Umum DPP KNPI, Ketua III PB Mathla’ul Anwar. Semuanya dijalani seperti mengajar: sabar dan serius.

Ia juga dipercaya di berbagai forum Islam. Jadi Dewan Penasehat MUI Kabupaten Bogor. Jadi Wakil Ketua Forum Silaturrahmi Ormas Islam (FSOI). Diam-diam, suaranya didengar banyak kalangan — bukan karena keras, tapi karena jernih dan lugas. Ia tak pernah segan berkata keras untuk hal yang ia yakini benar,walau mungkin itu menyakitkan bagi orang sebagian. Ini sesuai dengan prinsip hidupnya yaitu ingin selalu bermanfaat untuk orang lain dan mengatakan kebenaran walaupun itu pahit.

Mengusung Islam yang Tenang dan Mencerahkan

KH. Abdul Aziz punya misi besar: menyatukan pendidikan, dakwah, dan pengabdian dalam satu jalan hidup. Tapi caranya lembut. Ia tak suka gaduh. Islam yang ia bawa bukan yang marah-marah, tapi yang menyejukkan. Yang moderat, rahmatan lil ‘alamin. Yang bisa berjalan bersama Pancasila, bukan saling menjatuhkan.

Visinya sederhana tapi dalam: mencetak dai dan daiyah yang berkualitas, memperluas akses pendidikan Islam, dan bersinergi dengan pemerintah — demi umat yang kuat, bukan tercerai-berai.

Pemimpin yang Lebih Suka Bekerja Diam-Diam

KH. Abdul Aziz tidak sibuk tampil. Ia bukan tipe yang setiap hari muncul di media. Tapi kerja-kerjanya nyata. Ia tahu bahwa perubahan besar justru lahir dari pengabdian kecil yang dijalani terus-menerus. Dari kelas kecil di madrasah. Dari rapat-rapat yayasan yang mungkin membosankan. Dari forum kecil yang kadang sepi tapi menentukan.

Ia percaya bahwa Islam tidak cukup diajarkan — tapi juga diteladankan. Maka, hidupnya sendiri adalah dakwah. Diam-diam, ia menjadi guru — bukan hanya bagi murid, tapi juga bagi masyarakat.

Ia tidak sedang mencari panggung. Ia sedang membangun peradaban — perlahan, tapi pasti.Tapi semangatnya luar biasa. Hidup baginya bukan sekadar tangga naik, tapi jalan pulang—kepada Tuhan, kepada umat, kepada cita-cita.

Dengan semangat yang tak pernah padam, Abdul Aziz dalam pandangan penulis adalah cerminan pemimpin umat yang membumi dan visioner. Di matanya, perubahan besar lahir dari ketekunan dan pengabdian di level paling dasar—yakni pendidikan.

Kini, ia bukan hanya guru atau organisator, tetapi juga teladan yang menyalakan obor harapan di tengah masyarakat. Ia membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi agen perubahan, selama ada kemauan kuat, ilmu yang benar, dan niat yang lurus.

redaksi
redaksihttps://kabarindo24jam.com
Redaksi media Kabarindo24jam.com

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini