JAKARTA – Para aktivis Pemuda Muhammadiyah idealnya ikut terlibat memastikan masa depan Indonesia yang lebih baik melalui Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dan setelahnya. Hal ini dikarenakan Pemuda Muhammadiyah memiliki banyak kader potensial dan berkualitas.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat menyampaikan pandangan politiknya di acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemuda Muhammadiyah di Jakarta, Minggu (2/5/2021).
Hasto mengatakan tak ada pemilik tunggal republik, sebab Indonesia adalah negara gotong royong yang menjadikan rakyat sebagai satu-satunya pemegang legitimasi kekuasaan selama berdiri.
Sejak awal berdiri, gotong royong sudah nyata. Muhammadiyah, Nahdatul Ulama (NU), dan PNI sebagai representasi kelompok nasionalis selalu bersama mempelopori Indonesia merdeka dan perjuangan membangun bangsa.
“Jadi kalau cikal bakal PAN dikatakan adalah Muhammadiyah, maka kerja sama kami dengan PAN dan Pemuda Muhammadiyah, punya legitimasi historis dan ideologis,” kata orang nomor dua di PDI Perjuangan itu.
Hasto juga menyinggung tentang kondisi Indonesia yang sejak 1997-1998 yang mana kedaulatan politik negara berusaha dikontrol lewat Letter Of Intent IMF. Lalu terjadi juga reproduksi American Politics di Indonesia dengan credo one man, one vote, dan one value yang menggantikan demokrasi musyawarah.
Akibatnya, muncul berbagai dampak negatif di mana terjadi konvergensi politik-hukum-kapital-pemilik media, meningkatnya primordialisme, hingga konflik Pancasila melawan ideologi transnasional. Situasi ini, membuat Indonesia mundur dari kemajuan yang pernah terjadi sebelumnya.
Oleh karena itu, Hasto menanyakan mengapa politik saat ini hanya memikirkan mengenai pemilu. Dia menanyakan di mana kekuatan Indonesia dalam memerdekakan bangsa lain. Hasto menilai sudah sepantasnya anak bangsa melihat ke luar.
“Konflik Timur Tengah, Korea, Laut Tiongkok Selatan, harusnya kita yang campur tangan sebagai peace facilitator. Dengan Pancasila, dan politik luar negeri bebas aktif Indonesia menjadi solusi bagi perdamaian dunia. Semangat inilah kami harapkan dari Pemuda Muhammadiyah,” katanya.
Sementara itu, Sekjen PAN Eddy Soeparno mengatakan selama ini banyak yang menduga partai politik sekadar memikirkan pemenangan pemilu setiap lima tahun. Namun, yang kerap tak diketahui bahwa parpol sebenarnya memikirkan bagaimana menciptakan negarawan.
“Negarawan memikirkan bagaimana generasi berikutnya. Mas Hasto dengan kami di PAN, mungkin bisa disebut hybrid. Artinya, tugas kami memenangkan pemilu, sekaligus menciptakan negarawan yang memikirkan generasi bangsa ke depan,” kata Eddy.
Secara khusus, Eddy mendorong Pemuda Muhammadiyah bisa menjadi penghubung yang baik bagi para generasi milenial serta generasi Z. Khususnya demi bisa memahami politik dan tak apatis terhadapnya.
Atas pandangan ketua elite parpol tersebut, Ketua Pemuda Muhammadiyah Sunanto mengatakan pihaknya memang akan serius menyiapkan calon pemimpin bangsa ke depan yang memiliki kualitas negarawan.
“Yang kami usahakan ke depan, kemungkinan adanya sekolah negarawan yang memupuk Pemuda Muhammadiyah yang tak ahistoris dengan sejarah perjuangan negara dan juga tak melepaskan empati terhadap warga,” imbuh Sunanto. (***/Husni)