Home / Nusantara

Minggu, 8 Juni 2025 - 19:12 WIB

Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan Meningkat, Yayasan Kabarindo Serukan Aksi Nyata

Kabarindo24jam.com | Bengkulu Utara — Dalam upaya menciptakan ruang tumbuh yang aman dan penuh kasih bagi perempuan dan anak, realitas di lapangan masih menunjukkan tantangan serius. Berdasarkan data dari UPTD PPA Kabupaten Bengkulu Utara, pada tahun 2024 tercatat 53 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak selama periode Januari hingga Desember. Sementara itu, pada tahun 2025 (hingga bulan Juni), telah terjadi 23 kasus, dan tidak menutup kemungkinan angka ini akan melebihi total kasus tahun sebelumnya, mengingat tren dan laporan baru yang terus bermunculan.

Menurut pemantauan langsung Yayasan Peduli Kabarindo, mayoritas kasus yang dilaporkan masih didominasi oleh kekerasan seksual terhadap anak, dan sebagian besar terjadi di wilayah-wilayah terpencil yang sulit dijangkau baik secara transportasi maupun komunikasi. Kepala UPTD PPA, Mimid Sarmidin, menyampaikan bahwa kondisi geografis, terutama saat musim penghujan, menjadi tantangan besar dalam upaya pencegahan dan penanganan dini. Salah satu kasus terbaru bahkan berasal dari wilayah Kepulauan Enggano, yang saat ini sedang dalam proses penanganan oleh UPTD.

Baca Juga :  Sidang Dugaan TPPU IUP PT Antam Batal Digelar PN Jakpus

Yayasan Peduli Kabarindo mengimbau pemerintah daerah agar menyediakan sarana transportasi khusus, yang dapat menjangkau wilayah sulit akses, demi mempercepat respons terhadap laporan kekerasan serta menjangkau korban yang membutuhkan pertolongan.

Dalam pandangannya, Julisti Anwar, S.H., seorang aktivis perempuan dan anak serta advokat yang kerap menjadi pendamping hukum bagi korban kekerasan, menegaskan pentingnya ketegasan hukum.

“Banyak pelaku justru berasal dari lingkungan terdekat korban—ayah kandung, ayah tiri, atau bahkan guru. Maka, perlu adanya perhatian khusus dari majelis hakim agar perkara-perkara seperti ini dijatuhi hukuman maksimal, demi memberikan keadilan bagi korban dan menjadi pelajaran bagi masyarakat,” ungkap Julisti.

Baca Juga :  DPW Sumut PWOIN Mantapkan Persiapan Menuju Pelantikan

Lebih jauh, Julisti mendorong pemerintah untuk membentuk ruang rehabilitasi bagi anak korban kekerasan, agar mereka dapat kembali belajar dan menjalani kehidupan tanpa bayang-bayang trauma.

Yayasan juga mengajak tokoh agama, kepala desa, dan masyarakat luas untuk berperan aktif dalam menyuarakan pesan-pesan pencegahan melalui khotbah, pengajian, serta dialog langsung dengan warga. Masyarakat juga diharapkan lebih peka dalam mengenali perubahan sikap anak yang bisa menjadi tanda awal kekerasan.

“Anak-anak adalah harapan masa depan. Tugas kita hari ini adalah menjaga mereka agar tumbuh dalam kasih sayang, bukan dalam ketakutan,” tutup Julisti.(Wen/*)

Share :

Baca Juga

Nusantara

Industri Otomotif Bengkulu Terpuruk dan PHK Mengancam

Nusantara

Kemendikdasmen Tebar 108 Hewan Kurban di Iduladha

Headline

TNI AD Rekrut 24 Ribu Prajurit untuk Batalyon Teritorial Pembangunan

Nusantara

Warga Enggano Demo Pemprov Bengkulu

Headline

Pamekasan Bersinar Tanpa Narkoba

Nusantara

Wamen PPPA Beri Edukasi dan Perluas Akses Perempuan

Nusantara

Tari 7 Kebiasaan Meriahkan Hari Anak di Dharma Indria

Nusantara

Sastra dan Junsam Apresiasi Kinerja 100 Hari Bupati-Wabup Bogor