WASHINGTON DC — Penahanan tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny bukan saja mengundang reaksi aksi massa di hampir seluruh wilayah Rusia, tetapi juga menarik perhatian banyak pemimpin negara, termasuk Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik pada 20 Januari lalu, Joe Biden.
Secara khusus melalui sambungan telepon rahasia di sela-sela membahas sejumlah topik penting dan kerjasama traktat nuklir, Biden meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membebaskan oposisi yang terang-terangan dan terus menyerang Presiden Vladimir Putin dan pemerintahannya, Alexei Navalny.
Seperti dikutip dari kantor berita internasional Reuter dan AFP, Sabtu (30/01/2021). Juru Bicara Kepresidenan AS Jen Psaki mengungkapkan bahwa Presiden Biden menekankan hal kebebasan Navalny kepada Putin selain isu dugaan campur tangan dalam Pemilu 2020, kedaulatan Ukrania, dan peretasan siber SolarWind.
Navalny sendiri dimasukan ke penjara setelah kembali ke Moskow pada pekan lalu. Kepolisian Rusia langsung menangkap Navalny pada 17 Januari lalu, usai dirawat dan menjalani masa pemulihan di Jerman akibat dugaan diracun. Navalny selama ini adalah aktivis yang paling keras menentang Putin.
Dia juga menuduh Putin dan sejumlah anggota kabinetnya korupsi dan hidup mewah. Akibat aktivitasnya itu, Navalny harus keluar masuk penjara. Terakhir, ada upaya pembunuhan terhadap Navalny dengan menggunakan racun saraf Novichok yang merupakan senjata kimia yang dibuat di era Uni Soviet.
Psaki mengatakan Presiden Biden tak tahan untuk tidak menyampaikan kekhawatirannya tentang sikap Pemerintah Rusia yang begitu keras terhadap aktivitas demokrasi dan politik. Namun Pakai tidak mengungkapkan apa dan bagaimana respon Putin atas permintaan tersebut.
Sementara itu, Alexei Navalny mengecam proses pidana terhadapnya. Melalui tautan video dari selnya di penjara, Navalny mengatakan meski pengadilan Rusia yang di bawah kendali Putin memiliki kekuatan untuk membuatnya diborgol, situasi itu tidak akan berlanjut selamanya.
Sidang banding di Moskow telah menolak seruan untuk membebaskan Navalny dari penjara. Bahkan polisi menuntut para pembantu utama Navalny dalam serangkaian penyelidikan yang dimaksudkan untuk mengganggu aksi protes pendukungnya. Navalny mengatakan kepada pengadilan bahwa dia yakin proses itu merupakan bagian dari kampanye untuk mengintimidasi oposisi.
“Saat ini anda memiliki kekuatan,” katanya kepada hakim dalam persidangan. “Kamu bisa menempatkan satu penjaga di satu sisi saya, satu di sisi lain, dan memborgol saya. Tapi situasi itu tidak akan berlanjut selamanya,” tambahnya.
Navalny bahkan menegaskan upaya hukum dan tindakan represif penguasa Kremlin tidak akan berhasil menakut-nakuti puluhan juta orang yang telah dirampok oleh pemerintahan Putin. Navalny yang akan di penjara sampai sidang pembebasan bersyarat minggu depan, terancam hukuman selama tiga setengah tahun.
Pada Kamis, seorang penasihat Angkatan Laut Leonid Volkov didakwa membahayakan warga Rusia di bawah umur setelah merekam video yang menyerukan pemuda Rusia untuk datang ke protes minggu lalu. Volkov, yang berada di Latvia, mengatakan tuduhan itu palsu dan dimaksudkan untuk mengalihkan perhatian dari protes terhadap Putin.
Di Rusia kini, dilaporkan media, kaum muda yang mendukung Navalny terus berkembang karena penggunaan media sosial oleh pemimpin oposisi untuk berbagi temuan penyelidikannya terhadap sekutu Putin. Suatu video baru-baru ini tentang istana Laut Hitam senilai £1 miliar yang diduga dibangun untuk Putin memiliki lebih dari 98,5 juta penayangan di YouTube. (RTR/AFP)