Sabtu, 10 Mei 2025

Forum Rektor Himbau Semua Kampus Tutup Ruang Gerak Penyebar Ekstrimisme

LAMPUNG — Menyusul aksi pelaku bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar – Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3/2021), Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB)  menyerukan kepada seluruh Pimpinan Perguruan Tinggi untuk tidak memberi ruang gerak di kampus-kampus atas berkembangnya ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila yang mengancam persatuan dan kebhinekaan bangsa Indonesia.

Ketua FRPKB Prof Aom Karomani mengemukakan hal itu dalam keterangan tertulisnya dikutip dari laman NU, Senin (29/3/2021). Sebagai seorang akademisi, ia pun mengungkapkan bahwa banyak kampus yang terpapar paham radikal. Dan data dari Badan Intelijen Negara (BIN) juga menguatkan hal ini dengan semakin meningkatnya paham konservatif keagamaan di beberapa kampus.

Prof Aom memberi contoh masjid kampus yang tidak berada di dalam Organisasi dan Tata Kelola (OTK) kampus, menjadi tempat rawan paparan paham ekstremisme. Pasalnya, pihak kampus tidak bisa mengontrol mereka terkait siapa yang menjadi dai dan pemateri atau khatib Jumat serta bagaimana kaderisasi yang dilakukan di masjid.

Lembaga Dakwah Kampus (LDK) atau Rohis juga perlu ditata kembali dengan baik agar tidak ditunggangi pihak luar untuk kepentingan mereka. LDK/Rohis saat ini menurutnya memiliki keterikatan masif dengan dunia luar yang juga harus dibenahi.

“Termasuk rekrutmen para dosen dan guru-guru agama juga jangan sembarangan, mereka harus memiliki kompetensi. Jangan asal bisa baca Al-Quran dan pintar berbicara kemudian dijadikan dosen agama. Semua harus ditata ulang,” tegasnya.

Baca Juga :  Kejaksaan Mulai Penyidik Kasus Proyek Satelit Kemenhan

Saat ini lanjutnya, ada kecenderungan banyak dosen yang tidak memiliki pemahaman Islam Moderat. Mereka tidak berlatar belakang pesantren atau pendidikan agama tapi mereka dadakan. Sehingga ada mata kuliah diajarkan oleh bukan dosen agama dan mereka ini sudah terpapar paham radikal.

Alasannya hanya karena tidak tercukupinya jam mata kuliah. Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan serius, maka akan menjadi ladang subur berkembangnya ajaran radikalisme dan ekstremisme yang bisa mengarah pada terorisme.

“Saya prihatin atas masih berkembangnya ajaran atau ideologi ekstremisme dan radikalisme yang memunculkan tindakan-tindakan yang tidak berprikemanusiaan dengan cara menyerang pihak lain yang tidak satu pandangan dengan mereka,” kata Profesor Aom yang juga Rektor Universitas Lampung.

Terkait Bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Minggu (28/3), FRPKB menyatakan prihatin atas aksi tak berprikemanusiaan tersebut dan menyerukan kepada seluruh komponen bangsa khususnya kampus perguruan tinggi untuk terus memelihara dan mewujudkan kehidupan yang toleran, harmonis di tengah kebhinekaan bangsa.

“Tindakan teror bom tersebut merupakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh agama manapun dan merupakan tindakan yang melukai perasaan umat beragama di seluruh Indonesia,” katanya.  (NU/Nurali)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini