Jumat, 18 Juli 2025

Gunung Rinjani Kembali Memakan Korban: Dua Pendaki Asing Jatuh di Jalur Mematikan

Kabarindo24jam.com l Jakarta – Angin tipis yang berembus di Pelawangan Sembalun membawa kabar duka. Dalam dua hari terakhir, dua nyawa pendaki asing nyaris melayang di titik yang sama—jalur menuju Danau Segara Anak yang terkenal indah sekaligus berbahaya.

Sarah Tamar Van Hulten, seorang pendaki asal Belanda yang tinggal di Denmark, dilaporkan terjatuh pada Kamis (17/7) saat menapaki jalur curam tersebut. Langit cerah pagi itu tak menyiratkan tanda-tanda bahaya, namun langkah kaki bisa tergelincir kapan saja—dan kali ini, jalur itu kembali menuntut korban.

Kepala Kantor SAR Mataram, Muhamad Hariyadi, mengungkapkan bahwa laporan pertama datang siang hari dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). Tanpa membuang waktu, tim rescue dari Pos SAR Kayangan langsung bergerak pukul 14.20 WITA dengan peralatan lengkap—mountaineering, komunikasi, hingga medis.

“Koordinasi dilakukan secepat mungkin. Kami bahkan mengerahkan helikopter dari Bali untuk menjangkau lokasi,” ujar Hariyadi.

Helikopter milik SGi Air Bali dikabarkan lepas landas dari Denpasar pukul 15.45 WITA, membawa harapan untuk menyelamatkan Sarah dari pelukan maut Rinjani.

Yang mengejutkan, sehari sebelumnya, Benedikt Emmenegger, pendaki asal Swiss, juga mengalami nasib serupa. Ia memulai pendakian via jalur yang sama pada Selasa (15/7), dan pada Rabu pagi, dia pun terjatuh di titik yang tak jauh berbeda dari lokasi Sarah ditemukan.

Beruntung, Benedikt berhasil dievakuasi hidup-hidup dan kini tengah menjalani perawatan medis intensif di Bali. Namun ia mengalami patah tulang, dan mentalnya mungkin akan lebih sulit disembuhkan daripada fisiknya.

Gunung Rinjani memang menggoda. Puncaknya menawarkan pemandangan surgawi yang tak bisa dilukiskan kata-kata. Tapi jalurnya? Tidak selalu bersahabat, terutama saat cuaca berubah atau stamina mulai menipis.

Setiap tahun, ribuan pendaki dari berbagai belahan dunia mencoba menaklukkan Rinjani. Namun tak sedikit pula yang harus pulang dalam kondisi tak utuh—atau tak pernah pulang sama sekali.

Sarah dan Benedikt adalah pengingat keras bahwa alam tidak pernah bisa sepenuhnya ditaklukkan. Jalur yang sama bisa jadi bersahabat pagi ini, tapi mematikan sore nanti.

Pihak SAR dan BTNGR kini tengah melakukan evaluasi ulang terhadap standar keselamatan di jalur Pelawangan Sembalun. Apakah perlindungan untuk pendaki sudah cukup? Ataukah kita terlalu percaya diri menantang alam liar tanpa kesiapan penuh?

“Setiap kecelakaan selalu kami jadikan bahan pembelajaran. Tapi kadang, kita memang hanya bisa berserah,” ujar salah satu petugas BTNGR yang tak ingin disebutkan namanya. (dul/*)

redaksi
redaksihttps://kabarindo24jam.com
Redaksi media Kabarindo24jam.com

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini