Kabarindo24jam.com | Bondowoso – Di balik nama besar yang pernah mengisi ruang hiburan Indonesia, Maria Eva kini menghadirkan babak baru yang jauh lebih tenang—dan justru lebih memikat. Bukan lagi sorotan lampu panggung yang menyinari langkahnya, melainkan cahaya lembut dari kesadaran batin yang ia temukan di sudut-sudut hijau Bondowoso.
Dari Galeri Abadi Bonsai, tempat ia belajar memahat waktu melalui ranting-ranting mungil, Maria Eva merajut ulang makna hidupnya. Setiap tarikan napas, setiap lekuk bonsai yang ia sentuh, menjadi simbol perjalanan sunyi untuk kembali memeluk dirinya sendiri.
Langkahnya kemudian membawanya ke Sempol, tanah subur yang kini menjadi rumah bagi kebun kopi miliknya. Di antara kabut tipis dan aroma tanah yang menguar setelah hujan, Maria Eva menemukan sesuatu yang tak pernah diberikan panggung: rasa damai yang menjejak hingga ke palung hati.
Bagi warga setempat, ia bukan sekadar nama yang pernah tenar. Ia adalah perempuan yang menghadirkan kehangatan dalam sapa, keteduhan dalam tatap, dan inspirasi dalam sikap sederhana. Mereka melihat transformasi itu bukan sebagai pelarian, melainkan sebagai perjalanan pulang—kembali pada akar kehidupan.
Maria Eva, yang dahulu dikenal lewat tarian dan nyanyian, kini mengekspresikan diri melalui kesenyapan. Ia menjalani hidup dengan ritme baru: lebih pelan, lebih jujur, lebih manusiawi. “Di sini saya merasa benar-benar hidup,” ucapnya, seolah menyempurnakan babak baru dalam kisahnya. (Wen*/)
