Sabtu, 20 April 2024

Pelaku Industri Harus Antisipasi Tantangan Ekonomi dan Keuangan Syariah

JAKARTA — Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan sejumlah tantangan yang perlu diantisipasi para pelaku industri dalam pengembangan ekonomi dan keuangan syariah nasional yang sejak setahun lalu hingga saat ini terdampak serius akibat pandemi Covid 19.

“Ke depan tantangan akan lebih berat dan juga masih ada sejumlah hal yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) kita bersama,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat berbicara dalam Webinar Sharia Economic Outlook 2021 di Jakarta, Selasa (19/1/2021).

Menurut Wimboh, tantangan itu perlu segera ditangani untuk mengimbangi pertumbuhan positif ekonomi dan keuangan syariah. Sementara “PR” yang dimaksud di antaranya meningkatkan pangsa pasar ekonomi dan keuangan syariah yang masih rendah di Indonesia.

Wimboh memaparkan dari segi aset, proporsi total aset keuangan syariah baru mencapai 9,9 persen sedangkan sisanya keuangan konvensional.
Hingga 2020, total aset ekonomi dan keuangan syariah mencapai Rp1.770,32 triliun atau tumbuh 21,48 persen.

Selain itu, lanjut dia, literasi dan inklusi keuangan syariah masih terbilang rendah yang masing-masing mencapai 8,9 persen dan 9,1 persen. Tak hanya itu, industri ekonomi dan keuangan syariah perlu memperkaya model bisnis dan produk syariah.

“Kita sudah mencoba produk pasar modal berbasis syariah security crowd funding yang syariah sudah kami bangun sehingga ini variasi lebih banyak produk syariah. Produk ritel banyak yang harus mewarnai,” ucapnya.

Tantangan selanjutnya, lanjut dia, adaptasi teknologi sebagai basis utama menjadi game changer khususnya pada masa pandemi. “Terakhir, pengembangan sumber daya manusia yang menyesuaikan dengan tren saat ini teknologi dan milenial,” ujarnya.

Seluruh tantangan tersebut, jelasnya lagi, sudah masuk dalam Master Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia 2021-2025 yang salah satunya juga memuat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.

Baca Juga :  Kejaksaan Bongkar Kegiatan Fiktif, Pengurus KONI Tangsel Tak Tidur Nyenyak

Wimboh juga mengungkapkan sejumlah kiat yang dinilai dapat mendongkrak pangsa pasar ekonomi dan keuangan syariah di tanahair. “Saingan kita bukan lagi domestik, bukan konvensional tapi produk syariah luar negeri, dari global dan regional,” katanya.

Dengan demikian, lanjut dia, tolok ukur saat ini bukan dari dalam negeri lagi sehingga ekonomi dan keuangan syariah harus memiliki pemain tangguh baik di dalam dan luar negeri. Untuk menjadi pemain tangguh, kata dia, aksesnya harus diperluas, infrastruktur permodalan dan SDM juga harus diperkuat.

Kemudian, harga produk juga harus kompetitif hingga teknologi yang menjadi tulang punggung dapatdiandalkan. Selanjutnya, ekonomi dan keuangan syariah Indonesia harus fokus kepada ritel dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).


Fokus bisnis ritel dan UMKM dilakukan karena banyak dibutuhkan masyarakat sekaligus mencermati pengalaman sebelumnya yakni perbankan syariah mengalami banyak masalah di kredit komersial. (Khusus)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini