NEW YORK – Meningkatnya eskalasi konflik Israel dan Palestina yang diperkirakan dapat memicu perang besar di kawasan Arab, memaksa Dewan Keamanan (DK) PBB untuk menggelar pertemuan khusus secara virtual pada Minggu (16/5/2021).
Pertemuan tersebut dijadwalkan ulang setelah Amerika Serikat (AS) sempat memblokir rapat darurat DK PBB, yang seharusnya digelar pada Jumat ini (14/5).
Dilansir dari kantor berita internasional AFP, AS yang selama ini merupakan sekutu abadi Israel menyatakan ingin memberikan waktu untuk diplomasi terlebih dahulu sebelum pertemuan digelar.
Namun Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berkilah bahwa ia tidak memblokir pertemuan. “Kami terbuka dan mendukung diskusi terbuka di PBB. Saya pikir kita akan melihat awal minggu depan. Ini, saya harap akan memberikan waktu bagi diplomasi,” ujar Blinken.
Namun begitu, AS kemudian segera menyetujui kesepakatan bersama untuk memindahkan jadwal rapat darurat ke Minggu (16/5/2021), sebagaimana yang diajukan Tunisia, Norwegia, China dan beberapa negara lain.
Sebagai informasi, untuk mengadakan rapat khusus, kelima belas anggota DK PBB memang harus sepakat terlebih dahulu. Jika ada satu negara anggota tak setuju, maka DK PBB tidak dapat menggelar rapat.
Sebelumnya, AS yang selama ini selalu mendukung kebijakan Israel membela serangan yang dilakukan dalam beberapa hari terakhir. Menurut AS, serangan Israel merupakan tanggapan atas tembakan roket militan Palestina, Hamas.
Namun demikian, Presiden Joe Biden juga menyampaikan kekhawatiran mereka atas korban sipil yang terus berjatuhan. Sehingga, mereka mengimbau Israel untuk menunda penggusuran warga Palestina di Yerusalem yang menjadi pemicu gejolak.
DK PBB sendiri sudah menggelar dua pertemuan tertutup untuk membahas peningkatan ketegangan antara Israel dan Palestina dalam sepekan belakangan. Dalam pertemuan itu, AS mencegah upaya DK PBB untuk mengeluarkan pernyataan berisi desakan mengakhiri kekerasan.
Sementara itu, Pertempuran tentara Israel dengan milisi Hamas Palestina kini memasuki babak baru. Israel saat ini mulai melakukan serangan darat ke Jalur Gaza, Palestina. Serangan ini mendapatkan reaksi dari Mesir agar Israel melakukan gencatan senjata. Namun, hal tersebut ditolak oleh Israel.
Terbaru, delegasi keamanan Mesir meninggalkan Tel Aviv setelah Israel meluncurkan operasi militer melalui jalur darat menuju Gaza. Menurut laporan itu, delegasi Mesir melakukan perjalanan ke Jalur Gaza dan ke Tel Aviv untuk berkomunikasi dengan pihak berwenang tentang gencatan senjata.
Operasi Darat Pasukan Pertahanan Israel dilakukan setelah beberapa hari tembakan roket meluncur secara terus-menerus dari wilayah Palestina. Serangan roket ini cukup mengejutkan dan membuat khawatir rakyat Israel.
Terkait hal itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa operasi militer terhadap Hamas di Jalur Gaza akan terus berlanjut selama diperlukan, setidaknya sampai Milisi Hamas menghentikan serangan roket. (***/AFP)