Sabtu, 20 April 2024

Dinilai Tak Ilmiah, Panglima TNI Tolak Berpolemik Terkait ‘Ocehan’ Gatot Nurmantyo

JAKARTA — Ocehan mantan Panglima TNI Jendral Purn Gatot Nurmantyo tentang hilangnya patung tiga tokoh militer di Museum Kostrad TNI AD sebagai indikasi pendukung PKI menyusup ke institusi TNI, memantik kegaduhan publik. Namun begitu, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengaku enggan berpolemik soal ‘ocehan’ Gatot.

Bahkan, Hadi Tjahjanto mengaku tidak mau menanggapi secara khusus pernyataan Gatot yang cenderung menyerang wibawa serta kehormatan para pemimpin TNI saat ini. Pasalnya, celotehan Gatot hanya berdasarkan patung tokoh TNI yang tak ada lagi di museum Kostrad.

“Saya tidak mau berpolemik terkait hal yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat,” kata Panglima TNI saat ditanya wartawan di Jakarta, Senin (27/9/2021).

Tudingan Gatot itu disertai dengan diputarkannya video pendek yang menggambarkan hilangnya sejumlah bukti-bukti penumpasan G30S/PKI di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad Jakarta.

“Masalah ini sebenarnya sudah diklarifikasi oleh institusi terkait,” ujar Marsekal Hadi seraya menambahkan bahwa dirinya menganggap pernyataan Gatot Nurmantyo itu sebagai nasihat senior kepada para prajurit yang masih aktif untuk senantiasa waspada agar lembaran sejarah yang kelam tak terjadi kembali.

“Saya lebih menganggap apa yang disampaikan pa Gatot itu lebih sebagai suatu nasihat senior kepada kami prajurit aktif TNI untuk senantiasa waspada agar lembaran sejarah yang hitam tidak terjadi lagi,” tutur mantan Kepala Staf TNI AU tersebut.

Baca Juga :  Setelah Liburan Lebaran, Jumlah Kasus Positif Covid-19 di Berbagai Daerah Mengalami Kenaikan

Sebagai institusi TNI, tambah perwira tinggi bintang empat itu, prajurit TNI selalu mempedomani bahwa faktor mental dan ideologi merupakan sesuatu yang vital serta menjadi atensi khusus.

“Untuk itu, pengawasan intensif baik secara eksternal maupun internal selalu menjadi agenda utama, bukan saja terhadap radikal kiri, tetapi juga terhadap radikal kanan dan radikal lainnya,” papar Marsekal Hadi.

Secara terpisah, Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana dalam siaran persnya, menjelaskan bahwa Kostrad tidak pernah membongkar atau menghilangkan patung Presiden Kedua RI Soeharto, patung Letjen Sarwo Edhie Wibowo, dan Jenderal AH Nasution) di Museum Dharma Bhakti Kostrad.

“Tapi, pembongkaran patung-patung tersebut murni permintaan Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution sebagai pembuat ide pembuatan patung dengan alasan untuk ketenangan beliau baik lahir dan batin,” ungkap Haryantana.

Menurut dia, bahkan Kostrad tidak mempunyai ide untuk membongkar patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan Jenderal AH Nasution yang ada dalam ruang kerja Soeharto di Markas Kostrad.

Azmyn, menurut Haryantana, meminta langsung kepada Pangkostrad Letjen Dudung Abdurachman untuk dapat menyerahkan patung-patung tersebut kepadanya.

“Patung itu yang membuat Letjen Purn AY (Azmyn Yusri) Nasution saat beliau menjabat Pangkostrad, kemudian pada tanggal 30 agustus 2021 Pak AY (Azmyn Yusri) Nasution meminta kepada Pangkostrad Letjen Dudung Abdurrachman untuk diserahkan kembali pada beliau,” pungkasnya. (CP/***)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini