
Connect With Us
JAKARTA – Majelis Mudzakaroh Masjid Istiqlal (M3I) resmi diluncurkan secara nasional beberapa waktu lalu di penghujung tahun 2020. Majelis ini menghimpun para tokoh ulama, akademisi dan pakar dari berbagai latar belakang keilmuan, khususnya di bidang kajian keislaman di Indonesia.
Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, KH Nasaruddin Umar mengatakan, majelis ini bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah keagamaan yang dihadapi masyarakat dan bangsa Indonesia. Kemudian, merumuskan rekomendasi kepada pemerintah bagaimana memberikan solusi terhadap berbagai persoalan bangsa khususnya di bidang sosial keagamaan.
“Istiqlal tidak hanya masjidnya yang bagus tapi akan melahirkan umat-umat yang bagus pula melalui program majelis ini. Kedepan Istiqlal akan mengikuti masjid Rasulullah secara bertahap,” kata mantan Wakil Menteri Agama ini.
Majelis Mudzakarah Masjid Istiqlal akan memberikan sentuhan-sentuhan psikologis dan spritual kepada umat. Karena akan mendapat bimbingan dan arahan dari para ulama dan tokoh terkemuka yang tentunya berpaham Islam moderat.
Sementara itu, KH M Quraish Shihab mengungkapkan bahwa ulama tidak boleh menjadi problem tapi harus menjadi pemecah problematika umat. Majelis ini akan bekerja sama dengan para cendekiawan yang hasilnya itu akan memberikan solusi kepada umat terlebih lagi pemerintah.
“Salah satu dari tujuan pembentukan lembaga ini adalah memberi saran kepada pemerintah karena memang ini masjid negara yang dibiayai negara. Maka sangat wajar kalau hasil-hasil yang diperolehnya melalui Mudzakaroh ini bisa disampaikan kepada pemerintah, untuk membantu pemerintah melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan tuntunan-tuntunan agama,” ujarnya.
Sedangkan KH Said Agil Husin Al Munawar merasa yakin majelis ini akan mengkaji bukan masalah-masalah yang sudah ada saja, tapi masalah yang akan dan terus berkembang.
“Saya sangat gembira dan mendukung majelis ini yang nantinya akan mencetak dan membentuk para ulama-ulama yang sebenarnya. Ulama yang bukan hanya sekadar ngomong saja tetapi mengerti apa yang diomongkan, ulama yang bukan hanya sekadar orang yang merasa cukup ilmunya tapi orang yang mau terus belajar,” ujar Said Aqil. (CP)
JAKARTA – Persaudaraan Alumni (PA) 212 menyebutkan bahwa jutaan umat akan mengepung markas Polda Metro Jaya pada Selasa (31/11/2020). Hal itu menyusul rencana pemanggilan terhadap Habib Rizieq Shihab terkait kasus dugaan pelanggaran protokol kesehatan Covid 19.
Menanggapi PA 212 itu, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Awi Setiyono mengatakan Polri akan melihat perkembangan. “Yang jelas, negara tak boleh kalah dengan premanisme itu aja jawabannya saya. Bagaimana nanti kami lihat perkembangannya,” kata Awi di markas Bareskrim Polri, Senin (30/11/2020).
Polda Metro Jaya mengaggendakan untuk memanggil Habib Rizieq dalam penyidikan dugaan pelanggaran protokol kesehatan acara di Petamburan, Jakarta Pusat, 14 November 2020. Kemudian, acara yang berlangsung di Tebet, Jakarta Selatan, pada 13 November 2020.
Awi menambahkan, apabila Rizieq besok tidak menghadiri pemanggilan penyidik, maka polisi akan terus melakukan prosedur hukum dalam menghadirkan Habib Rizieq terkait penyidikan perkara ini. “Akan dipanggil ulang, jika besok tidak datang,” ujar Awi.
Sebelumnya diberitakan, Wakil Sekretaris Jendral Persaudaraan Alumni (PA) 212 Novel Bamukmin menyayangkan langkah Polda Metro yang memanggil Habib Rizieq. Menurutnya, pemanggilan tersebut justru akan menggerakkan umat untuk mendatangi Polda Metro, lantaran ingin mendampingi pemeriksaan Habib Rizieq.
“Karena disadari atau tidak memanggil HRS (Habib Rizieq Shihab) otomatis telah mengundang pecinta HRS dari seluruh daerah dan itu bisa memutihkan Polda Metro Jaya,” ujar Novel saat dihubungi secara terpisah.
Sebagaimana diketahui, Penyidik dari Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya sempat dapat penghadangan saat hendak ke kediaman Rizieq di Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta Pusat oleh belasan anggota FPI dan Laskar Pembela Islam (LPI). Mereka hanya mengizinkan beberapa personel Polri yang masuk ke rumah Rizieq. (HRP)
JAKARTA – Presiden Joko “Jokowi” Widodo sangat geram dengan adanya peristiwa pembantaian penduduk di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi-Sulawesi Tengah, akhir pekan lalu. Untuk itu, Presiden memerintahkan Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto untuk mengatasi serangan teror yang terjadi di Kabupaten Sigi sekaligus mengusut tuntas pelaku teror hingga ke akarnya.
“Saya sudah memerintahkan kapolri mengusut tuntas jaringan pelaku dan membongkar jaringan itu sampai ke akarnya,” ujar Jokowi dalam keterangan persnya yang disiarkan di channel YouTube Sekretariat Presiden, Senin (30/11/2020).
Tidak hanya Kapolri, Jokowi juga memerintahkan Panglima TNI agar mengerahkan pasukannya menjaga kawasan yang menjadi sasaran teror. “Saya juga telah memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI untuk meningkatkan kewaspadaan,” ujar Jokowi.
Terkait aksi teror tersebut, Presiden mengutuk keras peristiwa biadab itu. Ia mengatakan, aksi pembantaian tersebut adalah tindakan tidak beradab di luar batas kemanusiaan. “Saya mengutuk keras tindakan-tindakan di luar batas kemanusiaan dan tidak beradab yang menyebabkan 4 orang saudara-saudara kita meninggal dunia dalam aksi kekerasan yang terjadi di Kabupaten Sigi,” kata Jokowi.
Kasus pembunuhan empat warga di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, terjadi pada Jumat 27 November 2020. Adapun korban merupakan satu keluarga, terdiri dari pasangan suami istri, anak, dan menantunya yang tewas dalam kondisi mengenaskan.
Selain korban jiwa, sejumlah bangunan juga dibakar oleh pelaku. Salah satunya adalah bangunan yang sering digunakan warga untuk tempat beribadah. Menurut polisi, pelaku pembunuhan diduga merupakan kelompok teroris Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.
Kelompok ini awalnya dipimpin oleh Santoso yang tewas dalam baku tembak dengan personel Operasi Tinombala di Poso pada 18 Juli 2016. Lalu, posisinya digantikan oleh Ali Kalora. (CP)
KABARINDO24 – Mengingat Aceh mungkin ingatan kita akan kembali sejenak pada bencana tsunami yang meluluhlantahkan Kota
Serambi Mekah tersebut. Tiga belas tahun berlalu, kawasan ini telah hidup kembali. Wisata Banda Aceh bahkan kini jadi salah satu favorit wisatawan di ‘tanah rencong’.
Mulai dari wisata alam, wisata kuliner, wisata sejarah, wisata kota Banda Aceh bahkan kenangan kelam akan tsunami pun sukses diangkat menjadi salah satu pesona wisatanya. Tak heran jika kini Banda Aceh mulai diminati sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Sumatera Utara.
Di antara beberapa destinasi wisata yang terkenal, ada setidaknya tujuh wisata Banda Aceh yang jadi favorit wisatawan, di antaranya:
JAKARTA – Seperti ingin menyendiri pihak-pihak yang mengangkat Habib Rizieq Shihab menjadi Imam Besar Umat Islam Indonesia, Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia KH.Ma’ruf Amin menegaskan bahwa sampai saat ini di Indonesia belum ada satu orang pun yang mampu tampil sebagai imam besar umat Islam.
Ia pun memastikan, sejauh ini yang ada adalah imam atau pimpinan dari organisasi masyarakat (ormas) seperti FPI, NU, maupun Muhammadiyah.
“Belum ada orang yang mampu tampil sebagai Imamah saksiyah (imam kepribadian) menjadi imam umat Islam. Yang ada itu baru imamah mahdliyyah, imamnya NU; imamah Muhammadiyah, imamah FPI-yah, imamah Persisiyah, dan lain-lain,” ungkapnya dalam sambutan penutupan Munas X MUI, di Hotel Sultan, Jakarta, Jumat (27/11/2020).
Untuk itu, perlu ada lembaga besar yang dapat menaungi umat Islam di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak. Ia pun menilai lembaga besar tersebut adalah MUI.
Ma’ruf melanjutkan, MUI diharapkan memberikan contoh dan teladan dalam karakter organisasi terutama dalam rangka menjaga kesatuan dan persatuan sebagai tenda besar.
“Kita sebut sebagai tenda besar karena melindungi dan menggerakkan dalam rangka menjaga kesatuan dan persatuan umat kebutuhan bangsa yang berbhineka tunggal ika,” ungkap Ma’ruf yang kini menjabat sebagai ketua dewan pertimbangan MUI. (CPS)
BANDUNG – Para habib yang tergabung dalam Majelis Habaib Jawa Barat menyerukan kedamaian demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), para habib juga menolak dakwah bernada kasar dan arogan. Hal itu terungkap dalam halaqah (pertemuan) para Habaib di Bandung, akhir pekan di penghujung bulan November 2020.
Inisiator Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat, Habib Umar bin Husein Assegaf mengemukakan, dalam syiar Islam, para habib harus menggunakan cara-cara elegan dengan menghindari kata-kata kasar dan kurang santun. Apalagi Islam mengajarkan kebaikan dengan acara-acara baik.
“Demi kedamaian, marilah kalau kita mengajak kepada hal yang baik, caranya juga harus baik, santun, bijak. Kita tidak bisa mengubah seseorang dengan cara yang kasar, arogan. Tidak bisa. Selain menimbulkan antipati, akan hilang pesan bahwa Islam adalah rahmatan lilalamin, rahmat bagi alam semesta,” katanya.
Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat, tutur Habib Umar, benar-benar murni muncul dari hati sanubari para habib, termasuk ulama dan mubalig di Jabar sebagai salah satu implementasi nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. Kegiatan ini juga, tutur Habib Umar, menjadi wujud pernyataan sikap bahwa para habib, termasuk ulama dan mubaligh di Jabar banyak yang tidak sependapat dengan cara-cara yang tidak elegan, baik dalam syiar Islam maupun menunjukkan perbedaan pandangan dalam berpolitik.
“Karena banyak juga masyarakat yang bertanya, apakah para habib sama caranya, sama sepak terjangnya dalam pembinaan keagamaan dalam memperlihatkan ketidakcocokan baik dalam politik atau apapun. Saya jawab tidak. Karena banyak habib, ulama, dan mubalig menyatakan tidak setuju dengan cara-cara tersebut,” tutur Habib Umar.
Melalui Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat, mereka berkumpul untuk menyamakan visi dan misinya sekaligus menunjukkan sikap kepada masyarakat luas dalam menyikapi kegaduhan pascapulangnya Habib Rizieq Shihab ke Tanah Air.
Majelis Habaib Jawa Barat mengajak semua pihak, terutama para habib untuk mensyiarkan akhlak mulia yang merupakan ciri khas dari dzurriyah Rasulullah Muhammad SAW dan mengimbau bersikap proaktif dalam merajut persatuan dan ukhuwah Islamiah secara baik dan damai.
“Mari kita sama-sama membangun bangsa Indonesia dengan segala potensi yang dimiliki demi NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) yang baldatun toyyibatun warobbun ghofuur,” kata Habib Umar.
Habib Syarif Muhammad Alaydrus menambahkan, para habib di Jabar tak ingin terjebak dan terbawa arus dalam friksi dan kelompok. Pihaknya pun tak ingin menjadi bagian dari masalah ataupun membuat masalah menjadi lebih kompleks.
“Kami ingin ikut ambil bagian memberikan solusi agar masalah ini tidak berkepanjangan dan semakin kompleks karena kami mengharapkan Indonesia ini damai. Karena, damai itu indah, sehat, dan dambaan semua insan,” kata Habib Syarif.
Halaqah Majelis Habaib Jawa Barat itu menyikapi peristiwa kerumunan massa pendukung Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) itu Megamendung, Kabupaten Bogor pada Jumat 13 November 2020 dan resepsi pernikahan anak Habib Rizieq di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta pusat beberapa waktu lalu. (HRP)
JAKARTA – Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengungkapkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih calon Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang baru, menggantikan Kapolri Jenderal Idham Aziz. Menurut Kompolnas, konsep kepolisian yang demokratis sangatlah strategis dalam pemilihan calon Kapolri baru ini.
“Untuk mencapainya, ada kriteria yang strategis yang coba kita angkat dan gali yaitu melalui pendapat dan opini masyarakat, pendapat para purnawirawan dan mantan-mantan Kapolri,” kata Komisioner Kompolnas Yusuf Warsyim dalam diskusi yang dihelat Setjen DPR RI di Gedung DPR, Kamis (26/11/2020). Lebih lanjut lagi, Yusuf merinci apa saja yang harus diperhatikan dalam seleksi pemilihan Kapolri.
Yang pertama yaitu terkait pelayanan yang ia lakukan sebagai anggota kepolisian kepada publik, yang kedua, kata Yusuf, para calon Kapolri harus melakukan tugas sesuai dengan kehendak hukum. “Jika ada yang melanggar hukum harus ditindak sesuai dengan hukum. Nah yang ketiga harus ada transparansi dan akuntabilitas dalam perjalanan karirnya,” katanya.
Poin keempat yang harus dipenuhi yaitu mengenai Hak Asasi Manusia serta perlindungan ekonomi sosial dan budaya. Untuk memenuhi kriteria ini, Polri harus bersinergi dengan masyarakat, tidak boleh ada jarak, apalagi ada konflik. Harus bersinergi. “Untuk mencapai sasaran yang strategis berbasis pelayanan, Polri harus berada lebih dekat lagi dengan masyarakat bahkan tidak boleh berjarak. Nah itu semua yang menjadi kriteria strategis untuk calon Kapolri kita kedepannya,” ujarnya.
Yusuf menegaskan bahwa calon-calon Kapolri yang diusulkan Kompolnas sudah terjamin. Sebab, kata dia, pihaknya telah mengumpulkan informasi yang lengkap dari lingkungan kepolisian maupun masyarakat tentang kehidupan para calon Kapolri.
Meskipun begitu, dia mengatakan bahwa Kompolnas tetap mengikuti aturan atau hukum yang berlaku. Konstruksi hukum pemilihan Kapolri yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang selain Tap MPR RI nomor 7/2020.
Pertimbangan pemilihan Kapolri juga menjadi hak DPR. Setelah Kompolnas merekomendasikan nama kepada presiden, presiden akan mengusulkan nama yang dipilih presiden kepada DPR untuk mendapat persetujuan DPR. Yusuf pun mengatakan bahwa Kompolnas akan mempelajari seperti apa keinginan presiden. Dia berharap, keinginan presiden dan Kompolnas tidak bertentangan.
Dalam kesempatan yang sama Anggota Komisi III DPR, Jazilul Fawaid mengatakan bahwa calon Kapolri memang harus memenuhi syarat yang tertera dalam peraturan perundangan, seperti kepangkatan, senioritas, dan prestasi. Namun menurutnya, calon Kapolri akan lebih baik jika memiliki kedekatan dengan presiden agar bisa memiliki satu frekuensi mengenai kebijakan pembangunan yang sudah ditetapkan oleh Presiden.
“Di antara mereka, yang memiliki kedekatan dengan presiden, yang punya hubungan yang harmonis,” kata Jazilul di Gedung DPR. Selain itu, lanjut dia, Indonesia membutuhkan Kapolri yang cepat dan tepat dalam bertindak, serta berpikiran matang dan bijaksana dalam menentukan keputusan saat menghadapi gangguan keamanan dan ketertiban.
Politikus PKB yang juga Wakil Ketua MPR ini menuturkan, ada 15 nama yang masuk dalam bursa Kapolri. Hal ini bisa dilihat dari kepangkatan dan jenjang kariernya. Mengacu pada undang-undang, kata dia, calon Kapolri harus perwira tinggi yang masih aktif. Lantas siapa paling berpeluang?
Di bintang tiga antara lain ada Wakapolri Komjen Pol Gatot Eddy Pramono, Kabareskrim Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo, Kabaintelkam Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, Irwasum Polri Komjen Pol Agung Budi Maryoto, dan Kabaharkam Komjen Pol Agus Andrianto.
Ada juga nama Komjen Boy Rafli Amar yang saat ini menjabat Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Kemudian nama Komjen Pol Andap Budhi Revianto yang saat ini menjabat Irjen Kemenkumham dan Komjen Pol Antam Novambar yang sekarang menjabat Sekjen KKP. Namun peluang Antam dinilai kecil karena baru saja dia dimutasi dalam rangka pensiun.
Di deretan bintang dua muncul nama Kakorbrimob Polri Irjen Pol Anang Revandoko, Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Lutfi, dan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Muhammad Fadil Imran. Nama lainnya adalah Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Ahmad Dofiri dan mantan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sujana yang kini menjabat Korsahli Kapolri. (ATA)
JAKARTA – Luar biasa, TNI memberikan satu posisi penting kepada putra asli Papua yang menjabat Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Herman Asaribab. Dia mendapat promosi jabatan sebagai Wakil Kepala Staf TNI AD (Wakasad). Hal itu tertuang dalam mutasi jabatan di lingkungan TNI sesuai dengan Skep Panglima TNI Nomor 911/XI/2020 tanggal 18 November 2020.
Dengan jabatan barunya ini, Herman Asaribab yang merupakan Perwira Abituren Akabri Angkatan 1988 pertama mendapatkan kenaikan pangkat bintang tiga atau Letnan Jendral TNI AD. Jabatan Pangdam XVII/Cenderawasih selanjutnya akan diserahterimakan kepada Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono yang saat ini menjabat sebagai Dansecapaad di Bandung, Jawa Barat.
Bintang terang juga menerangi menantu Menko Luhut Binsar Pandjaitan, yaitu Mayjen TNI Maruli Simanjuntak yang mendapat amanah baru menjadi Pangdam IX/Udayana. Mayjen Maruli sebelumnya adalah Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Dia juga pernah menjabat sebagai Danrem Surakarta, Wadan Paspampres dan Kepala Staf Kodam Diponegoro Jawa Tengah.
Mayjen TNI Maruli Simanjuntak lahir di Bandung, 27 Februari 1970. Dia mulai aktif berdinas di TNI Angkatan Darat sejak tahun 1992. Ia diketahui berpengalaman dalam Infanteri (Kopassus) serta Detasemen Tempur Cakra.
Terdapat beberapa jabatan yang pernah diamanahkan padanya, antara lain Wadan Grup 1 Kopassus (Tahun 2010-2013), Dan Grup 2 Kopassus (Tahun 2013-2014), Asops Danjen Kopassus (Tahun 2014) dan Dan Grup A Paspampres (Tahun 2014-2016).
Dalam amanatnya terkait mutasi ini, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, bahwa pergeseran dan promosi jabatan dalam institusi TNI merupakan suatu penghargaan yang diberikan oleh pimpinan kepada prajurit yang memiliki kinerja dan prestasi menonjol. (HRP)