Sabtu, 27 Juli 2024

Pemilu 2019, Merebut Hati Generasi Milenial

Siapa itu generasi milenial…..

Generasi milineal dalam pemilihan umum merujuk pada pemilih usia 17 – 38 tahun. Para kandidat mulai dari pemilihan anggota legislatif tingkat kabupaten, provinsi dan DPR RI memiliki formulasi khusus untuk dapat menggaet generasi milenial khususnya pemilih pemula. Generasi milenial sangat akrab dengan media sosial, hal ini merupakan imbas dari perkembangan teknologi informasi yang semakin meningkat. Generasi milenial pun tidak luput dari jangkaun para kandidat pilpres yakni pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin dan Prabowo – Sandi. Mereka menyadari bahwa, pemilih generasi milenial memberikan kontribusi yang besar untuk dapat mewujudkan eksistensi sekaligus dapat memberikan edukasi bagi masyarakat.

Para kandidat yang bertarung pada pemilu 2019 harus mampu mengikuti trend dan perkembangan internet dimana generasi milenial yang melek sangat erat dengan dunia maya. Dunia maya merupakan salah satu karakter utama dari generasi milenial yang menjadi ajang komunikasi dan komunitas bagi para generasi milenial untuk dapat bertukar fikiran dan berdiskusi tentang isu-isu yang yang menjadi perhatian publik. perkembangan politik di Indonesia sebenarnya bisa diartikan membaik jika dilihat dari kesadaran politikmdari kaum generasi milenial. Akan tetapi, generasi milenial inipun masih menjadi sorotan bagi publik khususnya bagi pemilih pemula menjadi perhatian bersama terutama dilingkungan keluarga.

Komunitas dan aktivity Generasi Milenial
Media sosial menjadi wadah berkumpul atau menjadi komunitas bagi generasi milenial. Hal ini menjadi tantangan bagi para kandidat peserta pemilu untuk bisa masuk dalam wadah tersebut. Para komunitas tersebut adalah pelaku vlogger, youtubers yang dengan cepat dapat menarik voters dan memberikan influencer bagi masyarakat. Contoh nyata yang dapat dilihat pada pemilihan gubernur Jawa Barat. Salah satu metode kampanye yang dilakukan oleh Ridwan Kamil pada pilkada di Jawa Barat adalah aktif melalui media sosial. Metode yang digunakan oleh RK di media instagramnya sangat relevan dengan gaya generasi milenial saat ini. Tampak pada beberapa postingan yang selalu menjadi trend dan mendapat respon dari masyarakat jawa barat khususnya bagi pemilih pemula.

Contoh lain pada pasangan capres Jokowi dan Ma’ruf Amin. Untuk menggaet generasi milenial Jokowi sering terlihat mengenakan style sesuai dengan kaum milenial. Seperti yang terlihat di foto yang beredar beberapa waktu lalu saat Jokowi berkendara dengan menggunakan motor dan kacamata yang khas disertai kemeja berwarna merah. Banyak parisipan dan volunter yang mengikuti style Jokowi karena menurut mereka apa yang dilakukan oleh Jokowi sesuai dengan generasi milenial saat ini.

Adapun dari pasangan Prabowo dan Sandi, pada pasangan ini untuk menggaet pemilih generasi milenial lebih condong pada Sandiaga Uno. Dengan style yang kerap mengenakan sepatu sneakers dan stigma yang telah melekat sebagai milenial, Sandi mampu meraih simpati bagi masyarakat. Hal ini juga dilihat dari background sebagai seorang enterpreneur yang saat ini sangat relevan dengan generasi milenial. Tentunya, melalui edukasi politik yang di sebarkan oleh para tim sukses, kedua pasangan capres dan cawapres ini memiliki trik untuk menggaet para pemilih generasi milenial.

Baca Juga :  Media Baru Dan Politik

Tantangan menghadapi generasi milenial
Kandidat capres – cawapres pada pemilu 2019 harus bekerja keras untuk dapat menarik simpati untuk mendapatkan pemilih. Tim kampanye harus bekerja keras untuk dapat membranding kandidatnya dengan cara yang kreatif sehingga tidak monoton seperti kampanye-kampanye tahun sebelumnya. Karena tim sukses kandidat pun menyadari bahwa pemilih generasi milenial adalah mereka yang melek dengan teknologi melalui internet sehingga pada saat kandidatnya melakukan kunjungan kelapangan atau tampil dimedia harus sesuai dengan kebutuhan voters.

Konsep politik yang bernarasi abstrak dengan konsep yang ditampilkan dimesia sosial yang bersentuhan dengan masyarakat lebih menarik perhatian bagi pemilih milenial.

Edukasi politik bagi pemilih generasi milenial pun tidak luput dari pemerintah. Misalnya, instansi pengawas pemilu yaitu Bawaslu saat ini sedang giat-giatnya mensosialisasikan tentang undang-undang pemilu tahun 2017. Hal ini menjadi perhatian bagi para kandidat untuk membantu Bawaslu dengan komitmen bahwa dalam pelaksanaan pemilhan umum tidak diperkenankan untuk melakukan money politic.

Penyebaran hoax dan penanggulangannya
Media sosial membuka ruang dan akses yang sangat luas bagi khalayak untuk dapat menjdai content writer dan volunter bagi para kandidat pasangan capres cawapres. Generasi milenial memegang kendali masing-masing dalam hal penyebaran informasi baik yang bersifat positif dan negatif. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam menyikapi perilaku yang marak terjadi dimasyarakat. Adanya penyebaran hoax yang di jadikan sebagai alat kampanye black kampain bagi salah satu kandidat.

Saat ini, ketegasan hukum dalam penyebaran hoax di Indonesia belum maksimal. Dapat dilihat pada beberapa contoh adanya postingan-postingan yang memicu perselisihan antar dua kubu pendukung yang memihak belum dapat diselesaikan dengan cepat dan tanggap.
Banyak politisi yang menaruh harapan yang besar bagi generasi milenial agar dalam menggunakan media sosial dapat memberikan edukasi bagi masyarakat serta mengajak untuk menjaga agar pemilu dapat berlangsung dengan demokratis. Hal lain pun sebaiknya di tunjukkan oleh politisi terlebih dahulu memberikan edukasi politik melalui media sosial sehingga dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk dapat menggunakan media sosial dengan baik.

Salah satu langkah konkrit untuk dapat memberikan edukasi politik bagi generasi milenial adalah dengan cara memberikan panggung politik. kaum milenial mulai melek politik dan senang dengan segala isu-isu yang berhubungan dengan problematika yang terjadi di Indonesia tetapi mereka masih tersingkirkan oleh para elite partai yang masih ingin menguasai dan memiliki kepentingan. Keterlibatan generasi milenial diharapkan mampu membangun dan mengembalikan citra politik yang bersih dan sehat. Melalui edukasi politik yang terus terasah, jika sebelumnya kaum milenial hanya menyibukkan diri dengan eksistensi personal, ketika mereka masuk dalam ranah politik diharapkan dapat lebih proaktif untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Harapan pemilih milenial terhadap pemimpin indonesia. Generasi milenial di Indonesia mendambakan pemimpin yang sederhana yang dapat mengayomi seluruh lapisan masyarakat dan cepat serta tanggap dalam mengambil keputusan terhadap problem yang terjadi di Indonesia.

Darma Djufri
Alumni Magister Komunikasi Politik, Universitas Paramadina Jakarta

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini