Home / Pariwisata

Jumat, 5 Maret 2021 - 09:32 WIB

Selain Merehabilitasi Lahan Kritis, Hutan Organik Juga Obyek Wisata yang Memikat

PUNCAK – Hutan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Namun saat ini, lahan hutan semakin menipis dikarenakan maraknya pembangunan infrastuktur, penebangan liar maupun kebakaran hutan yang menyebabkan rawannya longsor hingga berkurangnya serapan air.

Hal inilah salah satu alasan sejumlah aktivis lingkungan yang diprakarsai almarhum Bambang Istiawan pada 2001 mendirikan Kelompok Tani Mega Mendung dengan tujuan membuat hutan organik di atas lahan seluas 30 hektar di Mega Mendung, kawasan Puncak-Kabupaten Bogor, sebagai upaya untuk merehabilitasi ekosistem dan lahan kritis.

“Pembuatan hutan organik untuk rehabilitasi ekosistem dan meminimalisir lahan kritis ini merupakan ekspresi keprihatinan pak Bambang atas kerusakan lingkungan dan bertambah luasnya lahan kritis. Dan pembuatan hutan ini dilakukan dengan pola voluntary initiatif secara swadaya,” jelas Akbar Rosadi, anak dari almarhum Bambang saat ditemui kabarindo24jam.com, Rabu (3/3/ 2021).

Menurut Akbar, almarhum Bambang mendefinisikan lahan kritis (degraded land) sebagai lahan yg sudah kehilangan kesuburan, rawan longsor dan sulit air. Sehingga ayahnya dan keluarga memulai pembuatan hutan secara mandiri dengan PH tanah kisaran 2-4%. Selain itu, tambah Akbar, tujuan hutan organik juga mensejahterakan masyarakat di sekitarnya dengan menjadi lokasi wisata.

Baca Juga :  Pembangunan Hotel Sayaga Wisata Tuntas dan Difungsikan pada 2022

“Diawali dengan bercocok tanam, progress yang dicapai selama 4 tahun (2001 – 2005), proses penghutanan kembali terlihat cukup baik tetapi belum ada perubahan kualitas tanah yg signifikan. Meski demikian, perbaikan ekosistem mulai terlihat dengan berfungsinya kembali mata air no 1, 2 dan seterusnya, padahal daerah ini tidak memiliki urat atau alur air dalam tanah,” jelasnya.

Adapun tahapan yang berjalan sampai dengan saat ini, papar Akbar, tahun 2004-2010 fase awal pembentukan, tahun 2010-2013 fase perawatan dan sosialisasi eksternal. Kemudian pada tahun 2012 sampai sekarang sudah di fase perawatan dan pengembangan hutan organik.

Ia juga mengungkapkan misi orangtua dan keluarganya membuat Hutan Organik, yaitu melakukan model percobaan perbaikan ekosistim secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan bersandar pada prinsip-prinsip ekosistim yang alamiah dan persyaratan global yang memiliki manfaat ekonomi yang langsung terhadap pelakunya sejak awal pelaksanaan.

Baca Juga :  Destinasi Wisata di Tanah Karo Maulana Café, Tawarkan Kesejukan Alam dan Panorama Indah

Kemudian melakukan kerja sama penelitian dan pengembangan percobaan dengan perorangan yang memiliki kemampuan dan kesamaan sudut pandang pentingnya rehabilitasi ekosistim termasuk dengan lembaga-lembaga formal dan informal baik nasional maupun internasional.

“Dan pengalaman kami selama ini, cara tumpang sari (Agroforestry) ialah solusi terbaik untuk mengembalikan kesuburan lahan. Dan kita pun ingin pengembalian fungsi mata air dan pemanfaatan air menggunakan teknologi ramah lingkungan,” imbuhnya.

Akbar pun mempersilahkan warga Bogor atau daerah lain yang ingin melakukan pelatihan maupun penelitian ataupun berwisata, untuk datang langsung ke Hutan Organik. “Harapan kami, setelah dari sini muncul hutan-hutan organik lainnya di wilayah Bogor dan daerah lain,” pungkasnya. (Meisa)

Share :

Baca Juga

Pariwisata

Ries Journey : Dua Jembatan dan Seribu Cerita di Tengah Taman Nasional Dartmoor

Pariwisata

Ries Journey : Menapak Masa Lalu di Tepi Sungai Clyde, Museum Transportasi Riverside Glasgow

Pariwisata

Desa Wisata ‘Menggiurkan’, Bupati Bogor Siapkan Skema Kolaboratif

Ekonomi

Spesial HUT Jakarta, Transportasi Publik Hanya Rp 1 untuk Semua Warga

Pariwisata

Helaran Budaya Disambut Antusias Warga, Bupati Bogor Gembira

Pariwisata

Sekda Ajat Pastikan Kabogorfest 2025 Siap Digelar

Pariwisata

Lebih Nyaman & Modern, Ini Dia KRL CLI-125 yang Bikin Naik KRL Makin Asik!

Bogor Raya

Festival Desa Wisata 2025