Sabtu, 20 April 2024

Selain Orasi Presiden, 10 Kepala Daerah Terima Anugerah Kebudayaan di Puncak Hari Pers 2021

JAKARTA — Puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021 digelar secara daring maupun luring pada Selasa (9/2/2021). Selain mendengar sambutan Presiden Joko Widodo, satu mata acara penting lainnya adalah penyerahan trofi kepada sepuluh orang kepala daerah (bupati/walikota) berkinerja cakap sebagai penerima Anugerah Kebudayaan PWI.

Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) yang juga Penanggungjawab kegiatan HPN 2021, Atal S.Depari, menjelaskan bahwa penghargaan ini merupakan apresiasi tertinggi insan pers terhadap para bupati/walikota yang peduli kebudayaan dan literasi media. Yang dipilih oleh tim juri yang terdiri dari para wartawan senior, penulis, budayawan dan akademisi, dan pekerja seni-budaya.

Dalam keterangan persnya, Minggu (7/2/2021), Atal mengungkapkan ke sepuluh bupati/walikota penerima anugerah ini, dinilai memiliki strategi, kinerja, dan kekuatan masing-masing, dalam pemajuan kebudayaan daerahnya, baik sebelum maupun pada saat pandemi. 

“Secara umum, mereka merawat warisan masa lalu, kemudian merawat, memanfaatkan, mengembangkan dan melindunginya, dengan berbagai regulasi. Selain itu mengembangkan dengan cara masa kini, seperti menggunakan teknologi dan media sosial. Dengan demikian budaya lokal bisa menyumbangkan warna pada kebudayaan nasional, sekaligus global,” urai Atal Depari.

Kinerja Kepala Daerah

Sementara Pelaksana Anugerah Kebudayaan PWI Pusat Yusuf Susilo Hartono mengemukakan tentang strategi dan kinerja kebudayaan, masing- masing kepala daerah tersebut. Misal Bupati Banggai – Sulawesi Tengah Herwin Yatim, menjadikan gerakan dan gaya hidup Pinasa sebagai muara perilaku hidup bersih, cinta lingkungan dan tradisi yang terbarukan. 

Kemudian Walikota Bogor – Jawa Barat Bima Arya Sugiarto dengan merevitalisasi filosofi kearifan lokal Sunda Sahitya Raksa Baraya membangun kemajuan kota Bogor dalam kebersamaan lintas etnis hingga agama dengan dukungan media. Lalu Walikota Denpasar – Bali IB Rai Dharmawijaya Mantra memajukan kebudayaan di jantung pulau dewata dengan konsep Orange Economi yang memadukan ekonomi kreatif dan kultur.

Bupati Majalengka-Jawa Barat H. Karna Sobahi mengubah stigma daerah pensiunan itu menjadi gemebyar seperti sekarang dengan spirit kearifan lokal Ngamumule Budaya, Ngawangun Majalengka Raharja. Walikota Mojokerto Jawa Timur Ika Puspitasari meski dengan anggaran kebudayaan yang kecil, tapi dengan Spirit Mojopahit yang besar, mampu menciptakan berbagai program menarik, sambil mengatasi berbagai tantangan, diantaranya menyetop penghacuran bangunan bersejarah untuk kepentingan komersial.

Baca Juga :  Audit Rampung, Kerugian Negara dalam Kasus Asabri Segera Diungkap BPK

Walikota Parepare, Sulawesi Selatan H.M. Taufan Pawe meneguhkan kota pelabuhan itu dengan ikon baru sebagai Kota Cinta Sejati Habibie – Ainun, lengkap dengan aneka program hingga infra struktur pendukungnya. Selanjutnya, Walikota Tegal, Jawa Tengah H. Dedy Yon Supriyono dengan Jitak Jakwir, mengembangkan budaya lokal sebagai kekuatan masyarakat yang dedikatif, berkarakter, dan bermartabat.

Walikota Singkawang Kalimantan Barat Tjhai Chui Mie mampu “mengorkestrasi” modal budaya leluhur Tidayu (Tionghoa, Dayak Melayu) dan perkembangan masa kini, untuk meraih kesejahteraan dalam keharmonisan. Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir, dengan roh Sumedanglarang, memelihara nilai-nilai lama yang baik, dan menggali nilai-nilai baru yang lebih baik, untuk menjawab tantangan masa kini. 

Terakhir Walikota Semarang, Jawa Tengah Hendrar Prihadi, yang mampu menjaga keberagaman dalam kebersamaan, antara lain dengan menggunakan media massa/media sosial dan teknologi baru yang sedang tren, untuk mewujudkan kota perdagangan dan jasa yang sejahtera.

Sehingga strategi dan kinerja bupati walikota penerima penghargaan ini, menggunakan dua pendekatan : masa normal dan masa pandemi. Sementara itu, pada anugerah tahun sebelumnya, 2016 dan 2020, para bupati/walikota hanya menggunakan satu pendekatan, masa normal.

Pandemi Covid-19 yang tengah melanda umat manusia di seluruh muka bumi termasuk Indonesia, hingga saat ini hampir setahun, banyak sekali cara hidup (sebagai salah satu inti kebudayaan) yang terderupsi. Yang dulu ada sekarang hilang, lalu muncul hal-hal baru yang dulu tidak pernah terbayangkan. 

“Memang, pandemi telah memporak-porandakan kebudayaan lama yang berbasis dunia “nyata” (benda dan tak benda). Tapi pandemi pula yang telah mendorong umat manusia semakin memperkuat dan menciptakan budaya baru, “maya” (tapi nyata), berbasis teknologi dan kecerdasan buatan,” jelasnya.

Yusuf menambahkan, bahwa Anugerah Kebudayaan PWI Pusat 2022 bakal dilakukakan pembaruan. Untuk itu, guna menjaring berbagai masukan, menurut rencana pasca-HPN akan digelar “silaturahmi virtual” yang melibatkan para penerima Anugerah Kebudayaan PWI 2016, 2020, dan 2021, budayawan, akademisi, pemerintah pusat, dan pihak terkait lainnya. (***/TIAN)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini