Selasa, 9 September 2025

Perdana Menteri Jepang Mundur, Ekonomi dan Kenaikan Biaya Hidup Penyebabnya

Kabarindo24jam.com | Tokyo –
Di tengah ketidakpastian politik dan tantangan ekonomi nasional serta meluasnya keluhan masyarakat Jepang akan kenaikan biaya hidup, Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba mendadak mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan sebagai pengendali pemerintah di negeri kekaisaran tesebut, pada Minggu (7/9/2025).

Dalam konferensi pers di kantornya, Ishiba (68) menyatakan langkah itu diambil setelah serangkaian kekalahan telak koalisi berkuasa dalam pemilihan umum (pemilu). Dia menegaskan ingin bertanggung jawab penuh atas hasil buruk yang dialami Partai Demokrat Liberal (LDP), partai asal Ishiba.

“Jepang telah menandatangani perjanjian perdagangan, dan presiden partai telah menandatangani perintah eksekutif, kita telah melewati rintangan utama. Saya ingin menyerahkan tongkat estafet kepada generasi berikutnya,” kata Ishiba dikutip dari kantor berita Reuters.

Sejak menjabat kurang dari setahun lalu, Ishiba menghadapi kemarahan publik atas kenaikan biaya hidup. Situasi itu berdampak buruk pada LDP, dimana mereka kehilangan mayoritas di dua majelis parlemen. Dorongan agar ia mundur semakin kuat setelah kekalahan dalam pemilihan majelis tinggi pada Juli lalu.

Menanggapi hal itu, Ishiba meminta LDP segera menggelar pemilihan kepemimpinan darurat. Ia akan tetap menjabat hingga pengganti resmi terpilih. Ketidakpastian politik ini langsung mengguncang pasar. Yen Jepang dan obligasi pemerintah tertekan, dengan imbal hasil obligasi 30 tahun mencapai rekor tertinggi pada pekan lalu.

Adapun nama-nama calon pengganti Ishiba, kini mulai bermunculan. Shinjiro Koizumi, mantan menteri pertanian yang populer dan dikenal telegenik, disebut-sebut sebagai kandidat kuat. Selain itu, veteran LDP Sanae Takaichi juga masuk bursa. Ia dikenal sebagai pendukung kebijakan fiskal ekspansif dan kerap mengkritik kenaikan suku bunga Bank of Japan.

“Ishiba sudah menghadapi tekanan politik besar. Pengunduran dirinya tidak terelakkan. Mengenai pengganti, Koizumi dan Takaichi dipandang paling mungkin. Koizumi diperkirakan tidak membawa perubahan signifikan, sementara Takaichi bisa menimbulkan kekhawatiran pasar dengan kebijakan fiskalnya,” papar Kazutaka Maeda, ekonom di Meiji Yasuda Research Institute.

Diketahui, meskipun LDP masih menjadi partai terbesar di majelis rendah, kekalahan beruntun membuat masa depan politik partai itu tidak sepenuhnya aman. Presiden baru LDP belum tentu otomatis menjadi perdana menteri, meskipun peluangnya tetap besar.

Beberapa analis menilai, pemimpin berikutnya mungkin memilih menggelar pemilu dini untuk memperkuat legitimasi. Namun, survei Kyodo menunjukkan 55 persen responden tidak menganggap perlu pemilu lebih awal.

Sementara itu, oposisi masih terfragmentasi. Partai Sanseito, kelompok sayap kanan ekstrem dengan agenda anti-imigrasi, justru mengalami kenaikan suara signifikan pada pemilu Juli lalu, mendorong ide-ide yang dulunya dianggap pinggiran ke panggung utama politik Jepang. (Cky/*)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini