Home / Headline / Politik

Jumat, 16 April 2021 - 04:05 WIB

Ketum PAN Tegaskan Politik SARA di Pilpres Membahayakan Persatuan dan Kesatuan Bangsa

ketua umum DPP PAN Zulkifli Hasan

ketua umum DPP PAN Zulkifli Hasan

JAKARTA– Isu poros Islam di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dinilai sebagai hal yang kontraproduktif dengan semangat persatuan di Indonesia. Karena itu, wacana atau isu politik dengan memanfaatkan SARA sebaiknya dihindari. Malah sebaiknya, semua pihak bersatu padu berjuang untuk kebaikan dan kepentingan semua golongan.

“Saya menyimak munculnya wacana pembentukan koalisi partai Islam di pemilu 2024. Saya menilai wacana ini justru kontraproduktif dengan upaya kita memperkokoh persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa dan negara,” kata Ketum atau Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dikutip dari akun Twitternya, Jumat (16/4/2021).

Ia pun mengingatkan kembali bagamana polarisasi yang terjadi di Pilpres 2019 begitu kuat menggunakan sentimen SARA dan politik aliran, politik identitas. Walhasil, luka dan trauma yang ditimbulkan oleh ketegangan politik itu masih terasa sampai sekarang.

“Faktanya, rakyat masih terbelah, walau pun para elit politik dengan cepat bersatu. Buktinya capres dan cawapres yang menjadi lawan dari pasangan pemenang kini sudah bergabung. Tapi di bawah, masih ada luka dan trauma,” ungkap Zulkifli yang saat ini menjabat Wakil Ketua MPR.

Baca Juga :  KSAD Perintahkan Pangdam dan Komandan Satuan Peduli Pembinaan Prajurit

Terkait adanya isu parpol Islam yang membentuk poros sendiri dan mengusung pasangan Capres dan Cawapres 2024, Zulkifli memastikan bahwa PAN tidak akan tergoda, bahkan dengan tegas ia menolak rencana tersebut.

“Menanggapi wacana koalisi partai Islam 2024 itu, PAN melihat justru ini akan memperkuat politik aliran di negara kita. Sesuatu yang harus kita hindari. Semua pihak harus berjuang untuk kebaikan dan kepentingan semua golongan,” tegas politisi kawakan ini.

Dia menyebut, PAN saat ini sedang memperjuangkan dan memperkuat politik gagasan. Politik yang mengedepankan konsep dan program. Seharusnya saat ini kita bersama-sama berpikir untuk kesejahteraan rakyat, mewujudkan ide kesetaraan, merumuskan gagasan tentang kedaulatan, dan seterusnya.

Baca Juga :  KKB Nyatakan Perang! 13 Batalion Siap Gempur Militer Indonesia di Papua

“Kita harus sama-sama berpikir bagaimana agar kita memiliki pemerintahan yang bersih, memiliki hukum yang adil, memiliki ekonomi yang setara, tidak lagi bergantung pada impor pangan dari negara lain. Kemudian memperkuat pertahanan kita, serta menciptakan harmoni di tengah segala perbedaan yang ada,” urai Zulkifli.

Gagasan PAN tentang Islam, kata Zulhas adalah Islam substansial, Islam tengah (wasathiyah), ajaran Islam yang diterjemahkan ke dalam berbagai dimensi kehidupan. Gagasan Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dalam bahasa Buya Hamka, Islam garam, bukan Islam gincu.

“Semoga kita terus berada dalam persatuan dan kesatuan. Dalam harmoni kebangsaan. Menjadi negara yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur,” pungkas mantan Menteri Kehutanan di era Presiden SBY dan Ketua MPR Periode 2014-2019 itu. (***/CP)

Share :

Baca Juga

Headline

Program Infrastruktur dan Pendidikan di Kabupaten Bogor “Dipelototi’ KPK

Headline

Kontroversial dan Dikritisi, Penulisan Ulang Sejarah Terus Berlanjut

Polhankam

Prabowo Akhiri Polemik, Tegaskan 4 Pulau Milik Aceh

Hukum

Ahok Dukung Penegak Hukum Bongkar Korupsi Tanah di Jakarta

Politik

Jokowi, PSI, dan Langkah Membangun Panggung Politik ?

Nusantara

Muktamar PPP Ditunda, Bursa Ketum Makin Panas

Politik

Inikah Politik Pengkultusan? Atau Sebuah Strategi?

Politik

Sebaiknya Jokowi Ikuti SBY, Hidup Tenang Lepaskan Politik