Rabu, 5 Maret 2025

Perdana Menteri Baru Malaysia Mengerucut pada Anwar Ibrahim dan Ismail Sabri

KUALA LUMPUR — Setelah Muhyiddin Yassin meninggalkan kursi perdana menteri (PM) Malaysia pada Senin lalu (16/8/2021), suhu politik terasa amat panas lantaran semua elite politik di negeri jiran itu kini tengah berusaha meraup suara terbanyak dari 222 anggota parlemen untuk bisa menjadi PM yang baru.

Sesuai konstitusi, Raja Malaysia Sultan Abdullah hanya akan memilih anggota parlemen dengan dukungan suara paling banyak sebagai pemimpin pemerintahan. Terbaru, ada dua figur yang menonjol dan bersaing mendapat dukungan mayoritas di parlemen.

Yakni pemimpin oposisi Anwar Ibrahim dan Ismail Sabri Yaakob, politisi senior UMNO yang mantan wakil perdana menteri pada masa kepemimpinan Muhyiddin Yassin. Keduanya, harus mendapat dukungan setidaknya 111 suara parlemen dari total 222 kursi.

Surat kabar The Straits Times, Rabu (18/8/2021), melaporkan bahwa Anwar, selaku Presiden Partai Keadilan Rakyat yang juga pemimpin koalisi Pakatan Harapan (PH), telah mengumpulkan 105 dukungan anggota parlemen, 88 di antaranya berasal dari koalisi.

Media lokal melaporkan koalisi Anwar sudah menentukan jabatan wakil perdana menteri yakni kepada Presiden Partai Warisan Sabah (Warisan) Shafie Apdal dengan imbalan dia mau memberikan dukungan kepada Anwar.

“Permintaan dukungan terhadap PH dari Warisan yang memiliki delapan anggota parlemen sangat penting. Inilah mengapa tawaran jabatan wakil perdana menteri diberikan untuk Shafie,” kata seorang sumber di lingkaran Anwar.

Persaingan semakin sengit karena jumlah dukungan yang diperoleh Ismail, yang juga wakil presiden Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), juga sama yakni 105. UMNO kemungkinan akan mendukung pria yang pernah menjabat menteri pertahanan itu.

Baca Juga :  Militer Myanmar Menggila, Ratusan Pendemo Disandera dan Puluhan Orang Terbunuh

Sebelumnya diberitakan, UMNO berencana mendukung tiga kandidat untuk jabatan perdana menteri. Selain Ismail, ada pula mantan Menteri Luar Negeri Hishammuddin Hussein dan Tengku Razaleigh Hamzah.

Sultan Abdullah sendiri telah menetapkan batas waktu sampai Rabu pukul 16.00 waktu setempat bagi 220 anggota parlemen untuk menyerahkan surat dukungan mereka ke istana.

Sementara itu, Pemimpin oposisi Anwar Ibrahim menjelaskan bahwa Raja Malaysia mendorong agar meninggalkan politik lama. Dan Partai politik di Malaysia telah mencapai konsensus untuk menghentikan politik “lama” dan bergerak maju dengan membawa perubahan baru bagi negeri jiran.

Anwar Ibrahim pada Selasa (17/8), bertemu dengan Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah di Istana Negara. Pada kesempatan itu, Raja Malaysia melakukan audiensi dengan sejumlah pemimpin partai politik, termasuk Anwar.

Usai pertemuan Anwar mengatakan kepada para wartawan bahwa Raja Malaysia menyerukan para pemimpin partai untuk bergerak menuju “politik baru” yang membawa perdamaian dan harmoni bagi rakyat. Dia juga menjelaskan bahwa Raja mengingatkan semua pemimpin partai politik untuk tetap bersatu dalam menghadapi krisis Covid-19.

Anwar menambahkan bahwa selain menemukan calon perdana menteri yang mendapat dukungan mayoritas anggota parlemen di parlemen, Raja Malaysia juga menekankan bahwa harus ada pergeseran ke arah politik baru. Di bawah bentuk politik baru, kata Anwar, mereka yang meraih kemenangan tidak bisa menindas mereka yang kalah, seperti yang telah terjadi.

“Oleh karena itu perlu ada mobilisasi upaya dari semua pihak, dengan pemahaman baru, konsensus baru untuk bekerja sama menangani Covid-19 dan mengangkat kembali perekonomian negara,” imbuhnya. (***/CP)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini