Jumat, 19 April 2024

Berbahaya!! Masyarakat Cenderung Mempercayai Asumsi Daripada Kebenaran

JAKARTA — Di era disrupsi digital terdapat sejumlah tantangan yang harus disikapi para jurnalis atau pemburu informasi. Salah satunya, yaitu perubahan perilaku masyarakat dalam menerima dan menyikapi informasi, baik itu yang berasal dari media massa maupun sosial media.

Moeldoko berpandangan, di era post-truth (pasca kebenaran) masyarakat sekarang ternyata lebih percaya asumsi ketimbang data. “Masyarakat post-truth, lebih percaya pada persepsi dan asumsi, dibanding data dan kebenaran,” tutur Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko dalam sesi diskusi Webinar menyambut Hari Pers Nasional, Minggu (7/1/2021).

Oleh karena itu, mantan Panglima TNI ini mengingatkan agar wartawan tidak terjebak memanfaatkannya. “Pemerintah kini dihadapkan pada efek post truth, ujaran kebencian hingga pola kekerasan di ruang publik, efeknya bisa kita hitung sampai seberapa jauh ruang publik itu tetap sehat,” katanya.

Moeldoko melanjutkan, demokrasi harus tumbuh dan ada trust (kepercayaan) pada kerja-kerja pelayanan publik. Atas dasar itu, Moeldoko meminta agar jurnalis tak lupa menggembleng diri. “Jurnalis saat ini menghadapi situasi yang tidak mudah, itu tadi saya katakan perlunya kita semakin menggembleng diri,” ucapnya.

Mantan Kepala Staf TNI AD ini pun mengingatkan bahwa era disrupsi telah menjadi game changer (pengubah permainan), sehingga pengaruh disrupsi digital terasa sangat signifikan dalam sendi kehidupan bangsa dan negara.

Baca Juga :  Menteri Keuangan Terbitkan Aturan Main Biaya Perjalanan Dinas PNS

“Terutama sekali perubahan media dan ekonomi media. Media terutama para jurnalis ditantang menggembleng diri lebih keras, menghadapi tantangan akibat disrupsi digital. Misalnya dalam hal kecepatan, akurasi, atau fakta dan informasi,” urainya.

Dalam webinar bertajuk ‘Jurnalisme Berkualitas: Menguatkan keberlanjutan profesi wartawan dan Penerbitan Pers di tengah Gempuran Disrupsi Digital’ ini, konglomerat pemilik grup usaha Media Trans Corp Chairul Tanjung juga mengutarakan pandangannya.

Dia mengatakan kondisi pandemi semakin menutupi celah bisnis, termasuk di dunia media massa, maka kiat terbaik saat ini adalah menciptakan peluang usaha. “Jika peluang tak ada, apa yang harus dilakukan? Maka ciptakan peluang usaha. Inilah prinsip jika mau jadi entrepreneur (wirausahawan),” ujarnya.

Chairul mengemukakan bahwa setiap daerah dan media punya tantangan dan peluang berbeda-beda. “Dan secara teori ini tidak ada, misalnya hadapi sebuah tantangan harus langkah A atau B. Setiap tantangan pasti ada jalan keluarnya. Jadi jalan keluar sebuah tantangan harus dicari yang disesuaikan dengan karakter daerah dan media masing-masing,” jelasnya.

Dia mencontohkan, peluang yang terbuka saat ini adalah produk TV digital, hanya dengan modal beberapa kamera yang harganya sekitar Rp 5 jutaan sudah bisa melakukan bisnis yang menjanjikan. Padahal dulu butuh dana hingga ratusan miliar rupiah tetapi kini dengan mudah bisa memanfaatkan kanal digital semacam Youtube. (***/CP)

Latest news

- Advertisement -spot_img

Related news

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini